Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (8): Polisi

Kompas.com - 13/08/2008, 06:26 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


Sungguh tak enak rasanya menjadi pencuri. Saya yang masuk tanpa izin sama sekali ke daerah terlarang ini, sekarang malah duduk satu mobil bersama polisi China.

Terminal bus kota Ngari, seperti sebelumnya, sepi. Tempat ini jauh dari mana-mana. Jangankan ke Beizing yang dipisahkan ribuan kilometer di balik puncak gunung salju dan padang gurun luas, dari sini ke Lhasa pun butuh perjalanan berhari-hari melintasi medan yang berat. Pintu keluar Ngari yang paling dekat adalah propinsi Xinjiang di utara, itu pun dua hari perjalanan melewati Parit Kematian.

Tetapi terlepas dari keterpencilannya, Ngari justru paling dekat dengan ‘Pusat Dunia’. Sekitar tiga ratus kilometer di selatan Ngari, Gunung Kailash yang dimuliakan umat berbagai agama berdiri dengan gagah. Ke sanalah tujuan saya berikutnya.

Harga angkutan di Tibet terbilang mahal. Untuk jarak Ngari sampai Kailash, harga karcisnya 230 Yuan. Kalau orang asing lebih mahal lagi, 300 Yuan. Untunglah saya masih bisa menyamar sebagai orang Tiongkok. Tetapi Seum dan Kim dengan bahasa kemampuan bahasa Mandarin yang pas-pasan, terpaksa membayar lebih.

Kami bertiga duduk berimpitan di baris paling belakang. Sejatinya jip ini cuma muat tujuh penumpang, tetapi semua dijejalkan sampai sepuluh. Bagasi sudah penuh. Tas ransel kami bertiga ditaruh di kap mobil. Yang merepotkan, dalam keadaan penuh sesak seperti ini, ada pula penumpang yang membawa tumpukan kaca. Karena sudah tidak ada tempat lagi, terpaksa kami yang di baris belakang duduk sambil menggotong kaca.

Sampai tengah hari, mobil tak berangkat juga. Katanya menunggu seorang penumpang yang sangat penting. Ketika sang penumpang yang ditunggu-tunggu datang, betapa terkejutnya saya.

Ia seorang perempuan umur empatpuluhan. Kulitnya agak gelap, matanya sipit tetapi awas. Pandangannya tegas. Ia menutup hidung dan mulutnya dengan masker putih, menambah misteri wajahnya. Tetapi yang paling membuat seram adalah jaket hitam dan topinya. Itu jaket polisi dengan topi berlencana.

Perempuan ini gong an! PSB! Polisi! Saya merasa merinding sekujur tubuh. Seum dan Kim masih asyik mengobrol, sampai saya berbisik, “Awas! Polisi datang! Polisi datang!”

Seum dan Kim, sama seperti saya, adalah penyelundup yang masuk Tibet secara ilegal seratus persen.. Kami, walaupun punya kesempatan di Ngari, sama sekali tidak tertarik untuk mengiris izin resmi yang mahal sekali. Ditangkap polisi di Tibet tentunya bukan hal yang menarik untuk dicoba. Sayangnya, Seum dan Kim yang baru pertama kali datang ke negeri Tiongkok ini masih belum bisa membedakan mana yang polisi, mana yang tentara, mana yang pegawai pemerintahan, dan mana orang biasa.

Ibu polisi itu tepat duduk di barisan bangku di depan kami. Duduknya pas betul di depan saya.

          “Kalian bertiga sudah kami awasi sejak kemarin,” katanya membuka pembicaraan, “kemarin sebenarnya kalian orang asing berempat kan, datang ke Ngari. Saya tahu pasti kalian ini pasti menyelundup tanpa izin.”

Dibungkus ketakutan, saya tertawa terbahak-bahak,
          “Saya bukan orang asing. Saya asli dari Guangdong.”

Guangdong adalah provinsi di selatan Tiongkok. Orang Guangdong kebanyakan tidak fasih berbahasa Mandarin, dan aksen saya kebetulan mirip dengan orang-orang sana. Ibu polisi mengangguk-angguk.

          “Kalau begitu, dua orang asing temanmu ini, dari Korea kan? Mau ke Gunung Dewa?” tanyanya menginterogasi.

Saya terus menjawab dalam bahasa Mandarin, mencoba membelokkan pembicaraan.

          “Kamu kasih tahu mereka,” dengus ibu polisi itu, “semua orang asing yang masuk Tibet itu harus didaftar. Ini semua untuk menjaga keselamatan kalian. Coba apa jadinya kalau kalian tiba-tiba hilang di sini atau mengalami kecelakaan? Kami tak punya catatan apa-apa, bagaimana bisa menolong? Tidak ada jalan lain, dua orang asing ilegal ini harus didenda! Di depan nanti ada pos pemeriksaan.”

Saya menerjemahkan omongan polisi ini. Seum dan Kim merinding, tetapi mereka pandai sekali menyembunyikan ketakutannya dalam tawa dan gurauan. Setelah marahnya reda, bu polisi ini tiba-tiba berubah ramah.

          “Saya ini terkenal,” katanya dalam bahasa Inggris yang ternyata sangat fasih, “Pernah ada majalah yang mewawancarai saya, dan katanya profil saya sudah dimuat di majalah juga. Sudah ada banyak orang asing yang saya denda.. Ayo, kamu ajari saya, bagaimana bilang kata ‘denda’ dalam bahasa Korea?”

Ibu polisi ini punya hobi mengkoleksi kata ‘denda’ dalam berbagai bahasa, cukup ampuh untuk menakut-nakuti orang asing yang nakal. Ada fine dalam bahasa Inggris, fakuan dalam bahasa Mandarin, hakin dalam bahasa Jepang, dan sekarang si polisi berusaha menghafalkan kata polchil dari bahasa Korea.

          “Kami ... tidak mau ... polchil,” kata Seum terbata-bata dalam bahasa Mandarin campur Korea, menunduk seperti murid yang dimarahi gurunya.

Si ibu polisi langsung tertawa terbahak-bahak.
          “Bukan kamu yang mestinya bilang begitu. Soal denda itu urusan saya.” Saya yang gemetaran sejak tadi ikut tertawa juga.

Perjalanan dari Ngari ke Kailash ini sungguh menegangkan. Bukan hanya karena harus bermain sandiwara dan teknik tipu-tipu dengan ibu polisi yang awas ini, kami juga harus melintasi jalan-jalan berbatu di tepi gunung. Air sungai luberan salju meruah, mengalir deras, menyapu jalan. Sudah berapa kali jip yang kami tumpangi dengan nekad menyeberangi sungai deras tanpa jembatan. Hingga pada sungai yang kelima, mobil kami tersangkut di tengah sungai deras yang setinggi pinggang.

Orang-orang mulai panik. Air sungai sudah masuk mobil, sedangkan sopir juga hampir putus asa karena ban selip. Tangan saya sudah kelu memanggul kaca dari berangkat tadi, apalagi jalan bergerlombang dan kepala terbentur-bentur. Sekarang ditambah lagi gemuruh air sungai yang menelan kepanikan kami, dan kerikil yang terbawa air menghantam ke arah mobil.

Mobil bergeming, di tengah derasnya sungai yang menggelegak marah.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

Travel Update
Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Travel Update
Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Travel Update
Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Travel Update
P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Travel Update
Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Jalan Jalan
5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

Jalan Jalan
25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

Hotel Story
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com