Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (12): Terbawa Arus

Kompas.com - 19/08/2008, 06:41 WIB

Perjalanan semakin curam, melintasi tanah batu yang berzig-zag. Baik Kim dan Yan Fang sudah kehabisan nafas. Kim sudah seputih mayat wajahnya, berjalan dituntun kekasihnya, lambat-lambat di belakang. Saya pun hanya menyeret pelan. Yang ada di benak cuma maju dan terus maju.

Puncak Drolma-La pada ketinggian 5630 meter adalah puncak tertinggi dalam perjalanan ini. Udara sangat tipis. Saya sudah hampir pingsan sebelum sampai di sini, tetapi tepat ketika berada di puncak, setelah pacuan nafas mereda, tiba-tiba tubuh saya dipenuhi energi yang entah dari mana datangnya.

Bendera doa warna-warni yang berkibar ke arah Gunung Dewa. Orang Tibet percaya, semakin tinggi tempatnya, semakin bagus untuk melantunkan doa. Biksu dan bikuni yang berjalan tertatih-tatih menggotong lempengan batu mani, diiring doa dan ditahtakan di hadapan Kailash. Saya tenggelam dalam alunan mantra yang terus bergema dalam hati. Ketika nafas sudah mereda, otak mulai jernih diselimuti kebahagiaan, saya menilik perjalanan panjang penuh derita yang sudah dilalui hingga sampai ke titik ini. Saya seperti batu baterai yang baru di-recharge, penuh semangat baru untuk segera mencapai tujuan akhir – Darchen.

Masih tiga puluh kilometer lagi jalan menuju Darchen. Saya berlari seperti kesetanan turun gunung.

Tetapi, perjalanan suci tak boleh ditempuh dengan buru-buru dan hati takabur. Saya terpeleset. Kaki saya terpelintir. Saya menjerit ketika Yan Fang mengurut kaki saya. Untuk bangkit pun susah, apalagi berjalan. Tetapi tak mungkin berhenti di tempat ini. Saya memaksa untuk terus maju, menyeret kaki kiri yang sudah tak bisa berfungsi lagi. Yan Fang meminjami tongkat, supaya saya terus bertahan.

Mereka semua buru-buru, ingin mencapai Darchen sebelum hari gelap. Saya terpencar sendirian, teman-teman sudah jauh di depan. Saya tak tahu arah, tak punya peta. Saya hanya menyeret kaki mengikuti jalan setapak. Dan memang benar kata orang, semakin hati kita tak tenang, semakin salah kita menyimpang.

Saya melihat di seberang sungai sana ada orang-orang Tibet yang berjalan bergegas mengitari gunung. Sedangkan di sisi sungai sebelah sini, tak ada orang lain. Saya seorang diri. Jalan setapak semakin menciut, hingga akhirnya setelah tiga jam berjalan, berakhir di persimpangan sungai. Bagaimana cara menyeberang ke sana? Sungai ini begitu dalam dan deras, tak mungkin saya menyeberang.

Tiba-tiba dari seberang sana nampak seorang bocah gembala dengan kawanan kambingnya. Saya berteriak, “DARCHEN! DARCHEN!” Suara saya tenggelam oleh gemuruh sungai. Bocah itu segera kembali lagi ke kemahnya, datang membawa sepasang sepatu bot.

Dengan lincah ia meloncati batu-batu besar, meminjamkan sepatu bot itu kepada saya, dan mengajak saya meloncati barisan batu. Saya terpeleset. Kepala saya terbenam dalam air. Arus sungai kuat menghanyutkan.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com