Setelah tawar-menawar yang alot, akhirnya saya setuju membayar 115 dolar. Tetapi mereka meminta saya datang 15 hari lagi untuk mengambil kamera. Saya langsung emosi lagi. Teknisi itu juga emosi. Manajer menenangkan.
“Begini, solusinya, kita pindahkan motherboard dari kamera kami yang ada ke kamera kamu. Bagaimana? Cuma butuh waktu 10 menit saja.”
Saya tak punya pilihan lain. Entah saya terjebak dalam permainan apa lagi.
Sepuluh menit kemudian, teknisi menyodorkan sebuah kamera. Bekerja sempurna, seratus persen. Tetapi ini bukan kamera saya. Ini kamera lain.
Kamera saya ditukar, tanpa garansi, tanpa tanda terima. Entah saya rugi atau buntung, mendapat kamera baru dengan harga 115 dolar. “Kami jamin ini kamera bagus, bukan barang defek,” kata manajer meyakinkan.
Sungguh lemas rasanya setelah menghabiskan seharian beradu mulut di kantor ini. Saya tak menyangka, hal-hal sepele seperti reparasi kamera pun penuh lika-liku, tragedi, dan intrik, bisa menjadi bahan film tiga jam penuh histeria ala Bollywood.
(Bersambung)
_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!