Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (112): Gerbang Kemerdekaan

Kompas.com - 07/01/2009, 09:31 WIB

           “Mereka datang! Mereka datang!” Orang-orang berseru.

Bocah-bocah penari Bhangra langsung melompat-lompat bak kesetanan. Tetabuhan rebana, genderang, seruling, bertalu-talu. Saya larut dalam suasana bahagia.

Bus merayap perlahan, menyeberangi garis putih yang menandai secara harafiah perbatasan kedua negara. Merayap melintasi gerbang masuk India. Sorak sorai bergemuruh. Para pejabat India yang kebanyakan orang Sikh dengan surban mereka yang khas sudah siap berbaris dengan karangan bunga. Ketika pejabat Pakistan turun dari bus, mereka dihujani serpihan bunga, ciuman pipi, sambutan hangat, dan gegap gempita tarian Bhangra.

           “Bus langsung dari Lahore sampai ke Amritsar akan membantu mendekatkan kembali rakyat antara kedua negara,” kata Hasim Khan, Direktur Utama Pakistan Tourism Development Corporation (PDTC), pejabat penting Pakistan dalam rombongan ini.

Beliau menjanjikan kemudahan visa, membangun konsulat di Amritsar sehingga rakyat setempat tidak perlu jauh-jauh ke New Delhi untuk membuat visa, dan berharap akan semakin akrabnya hubungan kedua negara ini. Doosti, artinya Persahabatan, demikian layanan bus ini dinamai, akan menjembatani hubungan warga Lahore dengan Amritsar.

Saya hanyut dalam kegembiraan, tetabuhan tarian Bhangra yang mensyukuri rahmat. Walaupun saya bukan warga India atau Pakistan, setelah sekian lama di sini, berucap bahasa mereka, makan makanan yang sama dengan mereka, saya pun ikut merasakan kebahagiaan yang mereka rayakan. Betapa indahnya masa depan Asia Selatan jika perseteruan kedua bersaudara ini berakhir. Bus lintas-batas ini, walaupun hanya sebagian kecil dari jalan panjang menuju perdamaian, menunjukkan betapa dalam kerinduan rakyat untuk kembali hidup berdampingan.

Perbatasan kembali lagi dalam hidupnya yang sepi ketika bus Pakistan yang berisi para pejabat penting negara itu perlahan meninggalkan tempat ini menuju kota Amritsar. Gegap gempita tarian Bhangra mereda. Tentara perbatasan India, dengan topinya yang seperti kipas kertas, kembali berdiri tegak dalam bisu.

NAMASTE!!!” Saya mengucap perpisahan pada India. Singa Ashoka, lambang nasional India, adalah pemandangan terakhir India yang nampak di mata saya.

Pintu gerbang Pakistan terpampang di hadapan. “Baab-i-Azadi”, tertulis di atas gerbang itu dalam huruf Urdu. Gerbang Kemerdekaan. Gerbang ini dibangun tahun 2001 untuk memperingati ratusan ribu umat Muslim yang mati syahid dalam perjalanan mencapai tanah tumpah darah mereka yang suci ketika Pakistan dibelah dari India. Bendera hijau Pakistan berkibar di mana-mana. Pakistan bertabur bulan sabit dan bintang. Tentara perbatasan Pakistan berpakaian hitam-hitam, juga dengan topi yang seperti kipas.

Dibandingkan perbatasan India yang modern perbatasan Pakistan jauh lebih sederhana dan penuh suasana kekeluargaan. Para pejabat imigrasinya duduk-duduk di bawah pohon, bercengkrama, menghabiskan waktu yang membosankan. Siapa yang tak bosan kerja di perbatasan yang sepi seperti ini. Saya diajak minum teh, mengobrol tentang hubungan India-Pakistan, dan berfoto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com