Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (113): Qawwali

Kompas.com - 08/01/2009, 02:11 WIB

Saya tidak melihat bagaimana ramainya peringatan Urs di sini, tetapi saya terhanyut dalam alunan musik mistis Qawwali yang digelar setiap hari Kamis. Qawwali adalah alunan musik Islami yang berakar dari kebudayaan India dan Pakistan. Nusrat Fateh Ali Khan, nama pemusik Pakistan paling ternama di dunia, adalah seorang musisi Qawwali. Lagu-lagu Qawwali berisikan pemujaan. Kata-katanya merasuk sukma. Tak jarang para pendengarnya bisa terhipnotis dan terasuki kebahagiaan yang tiada tara mendengar keagungan dan kebesaran asma Allah.

Ruangan di lantai bawah tanah Data Darbar dipenuhi para peminat Qawwali. Hanya ada laki-laki. Perempuan sama sekali tidak nampak. Mereka duduk bersila menghadap panggung. Sesekali seorang pria berkeliling di tengah barisan menonton, membawa tabung seperti tabung pestisida di punggungnya, menyemprotkan wewangian ke tengah parah penonton. Aroma semerbak bunga mawar membawa kesegaran mengiringi lantunan musik tradisional.

Tak kurang dari 40 grup Qawwali datang dari penjuru desa sekitar Lahore. Semua pemusik Qawwali laki-laki. Dalam tradisi Muslim Pakistan, wanita terhormat tidak menyanyi di hadapan pria.

Para pemusik duduk bersila di panggung, berjajar dalam dua baris. Di baris depan, di hadapan mikrofon, ada penyanyi utama dan pemain harmonium – alat musik semacam organ kecil yang musiknya berasal dari pipa udara yang mengembang dan mengempis seperti akordion. Di barisan belakang, juga duduk bersila, adalah penyanyi pengiring yang bertepuk tangan. Tepuk tangan, bersama tetabuhan kendang, adalah bagian penting dalam sajian musik qawwali.

Saya menangkap beberapa larik bahasa Urdu, seperti “datanglah kekasih hatiku, datanglah...” atau “Tuhanku yang tercinta, di manakah engkau?”, atau “Allah hi Allah bol, hanya ucapkan nama Allah!” Dalam tradisi Sufi, Tuhan digambarkan sebagai kekasih hati. Syair qawwali, isinya membangkitkan kecintaan pada Tuhan, terkadang melantun panjang membutuhkan kekuatan pita suara yang luar biasa, terkadang rancak, cepat, dinamis dengan iringan tepuk tangan serempak.

Ekstasi spiritual, demikian ia disebut. Musik ini punya daya hipnotis luar biasa. Pendengar bisa tanpa sadar menggeleng-gelengkan kepala tanpa henti ketika semakin larut dalam kedahsyatannya. Ada kakek tua berjenggot yang serta merta berdiri, berputar-putar di depan panggung, semakin lama semakin cepat, terlarut dalam kebahagiaan spiritual yang tiada duanya. Orang yang lain, membawa setumpuk uang kertas 10 Rupee, menghujani para pemusik dengan uang tanpa henti.

Tak perlu faham arti kata-kata lagu qawwali. Alunan nadanya sudah menggemakan kekuatan spiritual yang tak terhingga. Tengah malamnya, di kuburan seorang suci di Lahore, saya menyaksikan kekuatan musik Sufi yang lebih dahsyat lagi.

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com