Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (120): Seutas Jalan di Bibir Jurang

Kompas.com - 19/01/2009, 07:06 WIB

Dalam sekejap warna pakaian mereka menjadi coklat kelabu, sama seperti warna debu pasir yang muram sejauh mata memandang. Kraaak.... Pelan-pelan, batu nakal itu mulai bergeser. Sepuluh orang berbaring di tepi jalan, mendorong batu besar itu dengan telapak kaki-kaki mereka bersama-sama mengikuti komando.

          “Ek...do... tin...char!!! Satu... dua....tiga...empat!!! Ek...do... tin...char!!!”

Batu bergeser sedikit. Para pecangkul mulai bekerja mengais tanah, kemudian diselingi para pendorong menumpahkan energi dari telapak kaki mereka. Berkali-kali. Akhirnya batu raksasa itu berhasil juga digiring ke mulut jurang.

Sekarang orang mendorong ramai-ramai sampai batui itu terjungkal dalam jurang yang menganga. Suara ledakan dahsyat baru terdengar lebih dari tiga detik setelah batu terjungkal dari bibir jurang. Sungai yang mengalir deras di bawah untuk beberapa saat diselimuti debu tebal.

Baru satu batu. Masih ada dua yang lain.

          “Batu-batu itu seperti chapati,” kata Noorkhan dalam jip, tiga puluh menit kemudian, ketika kami melanjutkan kembali perjalanan.

Membandingkan batu raksasa dengan chapati, hanya orang di tempat seperti ini yang tahu maksudnya.


(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com