Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (129): Menjemput Sang Isteri

Kompas.com - 30/01/2009, 07:36 WIB

Ayahnya kemudian memimpin rombongan berbaris ke halaman. Di sana, para tetangga sudah ramai mengelilingi lapangan. Trompet dan genderang menyambut. Bunyi petasan meledak tanpa henti.

Dengan mengepakkan tangan, sang ayah dikuti pengantin dan belasan pria lainnya berbaris memutari lingkaran. Kaki diangkat tinggi-tinggi, menghentak. Tangan mengepak patah-patah. Duar.... petasan kecil meledak di dekat kaki mereka.

Kerabat yang tidak ikut menari menyematkan lembaran uang ke lipatan topi dan tangan para penari. Ayah pengantin, yang sudah bungkuk dan berjubah kebesaran seperti halnya pengantin, menerima paling banyak uang dari kerabat. Acara pernikahan ini bertabur ratusan lembaran Rupee.

Kaum wanita dan anak-anak menonton di pinggir. Di Karimabad, karena pengaruh agama Ismaili yang moderat, penonton wanita bercampur dengan kaum pria. Walaupun mereka tidak menari, tetapi masih boleh menonton. Beberapa dari mereka malah tidak berkerudung, hanya bertopi sulaman warna-warni saja. Saya dengar, di bagian lain Pakistan, kaum wanita dipisahkan sama sekali dari kaum prianya.

Acara tamasha berlangsung setengah jam. Pengantin dan keluarganya menikmati sajian tarian dari para tamu. Penonton wanita, dalam harmoni berbagai macam warna pakaian dan kerudung, hanya tertawa dan berbisik-bisik sambil menutup mulut mereka.

Para pemusik bangkit, mulai perjalan. Pengantin, ayahnya, kakak adiknya, turut di belakang, berbaris rapi. Puluhan pria lainnya juga mengikuti. Saya teringat dongeng peniup seruling yang mengusir tikus dari desa. Pemandangan ini mirip sekali. Seketika, lapangan yang semula ramai oleh manusia langsung kosong seketika. Barisan panjang pengiring pengantin mengular, meliuk-liuk menyusuri jalan setapak di antara rumah-rumah batu Karimabad.

Dari rumah-rumah batu itu bermunculan berbagai jenis kepala yang penasaran melihat keramaian yang gegap gempita ini. Ada gadis-gadis yan sampai memanjat atap rumah mereka. Ada barisan ibu-ibu yang berjongkok di atas pagar batu. Bunyi petasan meledak bersahut-sahutan. Bendera kecil berbentuk segitiga bertuliskan “Shaadi Mubarak – Selamat Menikah”, berkibar-kibar menghias langit biru. Genderang terus bertalu. Nada seruling mengalun tinggi rendah. Gunung-gunung salju mulai menampakkan wajahnya yang diselimuti selimut awan tipis.

Kami siap berangkat ke Hassanabad. Rombongan barat kami siap memboyong pulang sang putri. Ratusan penduduk Karimabad, mulai dari tanah lapang hingga ke atas pagar dan atap rumah, menaruh harapan yang sama.

Mereka seolah berteriak, “Bawalah pulang si pengantin! Bawalah pulang si pengantin!”

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com