Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amankah Menyantap Sushi?

Kompas.com - 03/02/2009, 10:49 WIB

Sushi tampaknya makin banyak dinikmati masyarakat di kota besar di Indonesia sekarang ini. Sushi bukan lagi makanan eksklusif yang hanya dapat ditemukan di restoran Jepang yang mewah, atau di hotel-hotel berbintang. Di mal-mal pun kita sering menemukan restoran sushi dengan cita rasa yang makin dapat diterima lidah orang awam. Restoran sushi tidak lagi hanya menyajikan sushi dengan ikan mentah, tetapi juga ikan yang telah dimasak dengan suhu tertentu di dalam oven. Bahkan sushi sudah disajikan dengan keju, mayones, atau bahan makanan lain yang sudah lebih akrab di lidah.

Di Amerika, sushi juga menjadi makanan favorit. Namun akhir-akhir muncul isu penting mengenai tingkat merkuri yang terkandung dalam makanan tersebut, terutama yang menggunakan ikan tuna dan ikan todak. Tes laboratorium yang diadakan The New York Times menemukan ada begitu banyak kadar merkuri dalam tuna di 20 restoran dan toko di kawasan Manhattan, New York City. Namun merkuri dalam enam potong sushi yang disantap dalam seminggu masih dalam kadar yang dapat diterima, demikian menurut Environmental Protection Agency.

Laporan ini tentu saja menimbulkan kecemasan di kalangan penikmat sushi. Apalagi selama ini ikan dianggap sebagai makanan yang sehat. Ikan mengandung protein yang baik untuk diet, atau bagi perkembangan otak bagi janin di usia awal. Laporan National Fisheries Institute menyatakan bahwa masyarakat berhak mendapat pengetahuan yang benar mengenai keuntungan menyantap ikan, dan karena itu, "Membuat konsumen khawatir mengenai informasi yang tidak benar adalah perbuatan yang tidak bertanggung jawab."

Eliza Zied, ahli gizi dari American Dietetic Association, menyatakan bahwa ikan mengandung protein berkualitas tinggi dan lemak omega-3. Meskipun demikian, menyantap ikan mentah memang berisiko. Ikan mentah bisa terkontaminasi bahan kimia, termasuk methylmercury. Merkuri memang umum ditemukan di lingkungan kita, namun bila mencemari air, merkuri bisa berubah menjadi methylmercury dan masuk ke dalam tubuh ikan. Kadar methylmercury yang terlalu banyak dalam darah dapat merusak sistem saraf yang sedang berkembang dalam janin, bayi, dan anak-anak. Pada orang dewasa, hal ini dapat menimbulkan gangguan penglihatan, menurunnya daya ingat, sakit kepala, dan kerontokan rambut.

Sushi tuna dianggap yang mengandung kadar merkuri paling tinggi, namun Anda tak perlu panik bila banyak menyantapnya akhir-akhir ini. Menurut Food and Drug Administration (FDA), memakan sushi selama seminggu tidak akan meningkatkan kadar merkuri dalam darah. Setelah memakan sushi tuna tujuh hari berturut-turut, Anda pasti akan bosan seminggu berikutnya.

Masalah lain yang ditimbulkan dengan memakan ikan mentah adalah kandungan polychlorinated biphenyls (PCBs) dan dioxin, yang menurut penelitian dapat menjadi karsinogenik dan menimbulkan efek kesehatan lain. Penyakit-penyakit lain akibat bakteri dalam ikan mentah antara lain diare, alergi, berkeringat, sakit kepala dan muntah-muntah (dapat dirasakan dalam dua menit hingga dua jam setelah mengkonsumsi), serta penyakit yang disebabkan virus seperti Hepatitis A. Parasit pun dapat berpindah ke ikan mentah, namun bisa dimatikan setelah ikan dibekukan sebelum dikonsumsi.

Karena itu, menurut Eliza Zied, wanita yang sedang merencanakan kehamilan, sedang hamil atau menyusui, anak-anak di bawah 12 tahun, kaum lanjut usia, dan siapa pun yang memiliki penyakit liver atau penyakit lain yang mengganggu sistem kekebalan tubuh, harus menghindari ikan mentah. Ikan yang memiliki kadar merkuri paling tinggi menurut FDA dan Environmental Protection Agency adalah hiu, todak, tenggiri, dan ikan ubin.

Sedangkan sushi dengan ikan yang telah melalui proses masak justru bernilai gizi yang baik, rendah kalori dan rendah lemak. Sushi salmon mengandung vitamin D, dan bahan ketan pada sushi memberikan karbohidrat yang baik untuk tenaga. Pendek kata, jika Anda mengkonsumsi sushi yang masak dalam jumlah yang wajar, tak akan memberi pengaruh buruk apa pun. Bahkan, Anda akan mendapatkan gizi yang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com