Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (155): Para Pengikut Ali

Kompas.com - 10/03/2009, 07:52 WIB

Masjid Syiah ini berbentuk balok memanjang. Warnanya coklat. Di sana sini bertebaran poster dan spanduk. Yang paling besar bertuliskan “Chehlum Sayyid Al-syahid Imam Hussain”. Yang lainnya, “Ya Hussain”, “Hiduplah seperti Ali, Matilah seperti Hussain”, dan sebagainya. Umat Syiah memendam rasa cinta yang dalam terhadap Ali. Hamdani menjelaskan, ketika orang Syiah mengucapkan kalimah syahadat, ada tambahan lagi satu baris. “Tiada tuhan selain Allah, Muhammad adalah rasul Allah, dan Ali adalah wali Allah”. Waktu bersalam, selain Assalamualaikum, mereka juga mengucap, “Ya Ali Madad. Ya Ali, tolong.”

Karena cintanya terhadap Ali, di Pakistan umat Syiah disebut sebagai Aliwallah, atau orang-orang Ali. Ratusan Aliwallah mulai berdatangan. Pertama-tama mereka menuju ke barisan kain yang tergantung di dinding masjid. Warnanya tidak cuma hitam seperti waktu Ashura, tetapi ada merah, jingga, hijau, ungu. Mirip altar sembahyang. Satu demi satu umat memanjatkan doa di hadapan barisan kain, mengucap amin, kemudian membuat simpul pada ujung kain.

Di atap masjid berkibaran bendera-bendera warna hitam. “Itu bendera Islam, bendera Allah, bendera Nabi, bendera Ali, dan juga bendera pasukan dalam perang Karbala,” Hamdani menjelaskan. Umat Syiah pun mengibarkan bendera hitam selama masa perkabungan Muharram hingga Chehlum di rumah masing-masing.

Di dalam masjid, seorang imam sedang berceramah tentang pengorbanan Imam Hussain, putra Ali sekaligus cucu Nabi Muhammad, yang syahid dalam medan perang Karbala. Majlis, demikian acara ini disebut, biasanya penuh isak tangis umat yang tak kuasa menahan haru mendengar ceramah imam. Tetapi di masjid ini saya merasakan ada yang kurang.

“Karena gempa, umat kami berkurang banyak,” kata Hamdani, “biasanya, setiap tahun pada acara ini, masjid penuh sesak oleh jemaah. Tetapi banyak di antara umat kami yang menjadi korban dalam bencana dahsyat itu. Sekarang, tak sampai seperempat umat yang datang ke sini.”

‘Saudara-saudara’ Hamdani mengklaim bahwa jumlah umat Syiah di Pakistan hampir sama banyaknya dengan Sunni. Tetapi sepengetahuan saya, Syiah mestinya sekitar 20 persen dari seluruh penduduk Pakistan, dan Sunni lebih dari 75 persen. “Pemeluk Syiah banyak sekali di Pakistan Utara,” jelas ‘saudara’ Hamdani yang berjubah abu-abu, “mulai dari Manshera ke utara hingga ke Daimyor, Astor, dan Kashmir. Di utara sana, sampai ke Gilgit. Sehabis itu ke utara lagi adalah pemeluk Ismaili atau Aga Khani.”

Waktu makan siang, masjid menyediakan makanan gratis kepada semua umat. Hamdani mengajak saya ke atap, di mana sudah ada ratusan orang menyantap nasi pullao. Mereka makan dengan tangan. “Makanlah. Sebentar lagi acara parade maatam dan zanjirzani akan dimulai.”

Sejam berikutnya, saya melihat air mata, pukulan dan ratapan kesedihan, serta cipratan darah. Maatam dan zanjirzani adalah acara puncak perkabungan ini.

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com