Bapak tua dengan kios amplopnya menyarankan saya untuk mengirim sebagai surat biasa karena kalau surat biasa jarang diperiksa apa isinya. Sebuah saran yang penuh risiko. Madam juga angkat bahu, ia ingin sekali menolong saya tetapi ia sendiri pun sebenarnya kurang begitu paham aturan kantor pos.
Mengapa mengirim CD keluar negeri dilarang melalui kantor pos Pakistan? Tak semua negara yang memberlakukan aturan ini. Dulu dari India saya mengirim banyak CD sebagai cadangan foto-foto digital yang sudah saya ambil, sama sekali tak masalah, dan harganya pun murah. Sekarang yang mengizinkan pengiriman CD hanya kurir yang mengutip biaya sampai ribuan Rupee.
“Informasi,” kata Asad, seorang mahasiswa Universitas Punjab di Lahore, “adalah barang yang teramat sensitif di Pakistan. Kalau semua orang boleh mengirim CD, bayangkan berapa informasi rahasia negara kami yang bocor ke tangan musuh?”
‘Musuh’ terdekat Pakistan tepat berada di seberang pintu perbatasan, tiga puluh kilometer jauhnya dari Lahore.
Bapak tua pedagang amplop punya ide brilian lain.
“Mengapa tidak mencoba mengirim nanti sore? Sekarang sudah siang, semua petugas yang bekerja di dalam kantor sudah mulai kerja dari pagi. Banyak mereka yang sudah lapar, capek, ingin pulang, dan sama sekali hilang hasrat untuk menolong sesama.”
Saya mengikuti anjurannya. Saya membawa Asad yang orang Pakistan untuk membantu saya. Pukul empat sore, di balik kaca loket pengiriman paket, adalah seorang pria muda berpakaian santai. Wajahnya cerah, senyumnya mengembang.
“Sebenarnya, mengirim CD ke luar negeri memang bermasalah. Tetapi tak apa, karena kamu adalah mehman – tamu yang datang ke negara kami, saya akan menanggung segala risikonya kalau barang kamu tak sampai di tujuan.”
Konsep mehman menghancurkan tembok birokrasi yang tebalnya berlapis-lapis. Tak sampai hitungan menit, CD saya sudah diterima, dicap, dan dicatat. Biayanya hanya 177 Rupee plus 1 Rupee untuk registrasi.
Saya jadi belajar ada banyak faktor yang menentukan keberhasilan – koneksi, suasana, kengototan, keberuntungan, dan tak lupa tentunya, timing. Ini bukan faktor sogok-menyogok, karena petugas pun sebenarnya tak selalu paham akan peraturan yang berlaku. Seorang mehman yang datang pada orang yang tepat di saat yang tepat boleh tersenyum bangga atas keberhasilannya menembus birokrasi Pakistan yang sukar dipahami dengan nalar biasa.
(Bersambung)
_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!