Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (194): Menanti Hujan

Kompas.com - 04/05/2009, 08:02 WIB

          “Kamu harus datang ke sini waktu hujan turun,” sanggah Jamal, “gurun pasir yang gersang ini seketika berubah menjadi dataran hijau yang cantik. Thar akan berubah wujud menjadi Kashmir.”

Tetapi kapan? Tiada yang tahu. Semua hanya bisa menunggu datangnya mukjizat. Jamal pun miris dengan kenyataan bahwa bertahun-tahun sudah hujan tak turun juga di Ramsar. Mimpi tentang pemandangan surgawi ketika tanah tandus ini berubah menjadi Kashmir yang hijau, terus hidup dalam penantian panjang ini.

Hujan biasanya datang antara bulan Juni dan Agustus, maksimal hanya tiga atau empat kali setahun. Bersamaan dengan penduduk yang bersuka ria mendapat kiriman air dari langit, ular-ular pun keluar dari persembunyiannya, merayap di permukaan bukit-bukit pasir Thar yang lembut.

Sehabis musim hujan, datanglah musim dingin yang sejuk. Itulah musim kawin di Tharparkar.

          “Kamu harus ke sini menghadiri acara pernikahan tradisi kami,” kata Jamal penuh semangat, “kami semua menari dan bernyanyi, merayakan acara pernikahan yang penuh kebahagiaan.”

Pernikahan di gurun ini biasanya dengan sesama warga satu desa. Di pedalaman Pakistan, tidak ada acara pacar-pacaran. Semua pernikahan ditentukan oleh orang tua, dan biasanya masih sesama kerabat. Di gurun Thar, sebuah desa biasanya dihuni oleh warga satu klan. Di belahan lain Pakistan, pengantin wanita selalu dibungkus purdah atau cadar sehingga tidak terlihat sama sekali oleh kaum pria. Tetapi di desa Thar, karena semua warga desa berkerabat, purdah hanya jadi sebatas syarat saja.

Bercakap-cakap tentang mimpi indah datangnya hujan membasahi gurun kerontang ini memang tidak akan ada habisnya. Tetapi perut saya sudah terlalu penuh oleh bulir-bulir pasir halus. Malam pun sudah menjelang. Langit kelam bertabur ribuan bintang berkelap-kelip. Jamal mengajak saya kembali masuk ke otagh dan menyalakan lampu minyak.

Ini pun perlakuan istimewa buat saya. Warga desa biasanya sudah berpuas dengan lampu senter baterai mungil, ditambah pancaran sinar rembulan dan bintang. Jamal menyiapkan nasi dan tomat goreng penuh minyak. Ini pun makanan istimewa, karena penduduk lokal paling mewah makan chapati dan kacang lentil. Kami makan di atas kasur, yang sudah dialasi selembar taplak. Penduduk desa yang lain makan di atas tanah. Angin gurun mengantarkan lagi ribuan bulir pasir halus, yang bercampur dengan minyak makanan. Seperti kata orang, pasir adalah makanan pokok di sini.

Lampu minyak berkelap-kelip. Muhammad Rahim, bocah desa berumur empat tahun, menggambar-gambar di atas tanah. Bapaknya memandang sayu, bermimpi kelak si bocah akan menjadi pemimpin besar yang membawa terang ke kegelapan pedalaman Thar ini.

          “Anakku, belajar yang rajin, jadilah menteri, nanti kau bawa listrik ke desamu ya...”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com