"Kalau kamu ke Kandahar nanti, kamu bisa buktikan. Bercinta itu dosa. Tetapi bercinta dengan sesama laki-laki, ya Tuhan! Adakah dosa yang lebih besar daripada itu? Pada mulanya, Allah menciptakan manusia, satu laki-laki dan satu perempuan. Allah tidak menciptakan dua laki-laki!"
"Kalau saya jadi Karzai," Wahid terus berkhayal, "saya akan melarang semua orang memakai shalwar kamiz. Hanya boleh pakai baju modern seperti kaus dan celana jeans."
"Bukankah pakaian itu sudah menjadi tradisi Afghanistan?" protes saya.
"Tetapi kamu tahu, pakaian modern ini juga lambang pendidikan, kebebasan berpikir, dan kemajuan!"
Kalau Taliban menghakimi kualitas keimanan orang dari pakaiannya, Wahid menilai kemajuan berpikir orang dari celana jeans. Sama-sama ekstrimnya.. Di matanya, Kabul sudah jauh lebih modern daripada Peshawar, karena orang-orang Afghanistan lebih suka pakai baju a la Amerika dibandingkan orang Pakistan yang sangat setia terhadap shalwar kamiz.
Pemuda Afghan ini ingin keluar dari kumpulan debu yang sudah menjadi bagian dari seluruh hayatnya. Kumpulan debu ini, sudah bukan lagi tempat baginya, yang sudah merasa terlalu tinggi derajadnya untuk terus bergumul dengan segala macam kotoran yang menyelimuti negerinya.
Visa Afghanistan tiga bulan sudah tertempel rapi di paspor. Saya sudah tidak sabar untuk segera menuju negeri berselimut debu yang penuh misteri itu.
(Bersambung)
_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!