Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bajo yang Resah pada Masa Depan...

Kompas.com - 05/06/2009, 03:55 WIB

”Ada ulama kami yang tewas, padahal kami tidak tahu apa-apa. Maka, kami pindah ke sini,” cerita Udin.

Yang menarik dari arsitektur kampung suku Bajo adalah mereka harus menyediakan jalur-jalur perahu sebagai alat transportasi utama. Di lokasi permukiman suku Bajo, warga akan hilir mudik berperahu di sekitar perkampungan mereka.

Soal budaya, ada keresahan terancamnya tradisi yang sebenarnya sudah melekat lama dalam komunitas itu. Tembang yang menceritakan asal usul dan kehidupan warga Bajo di laut yang disebut Iki Ko kini tak terdengar lagi di kampung itu. ”Nyanyian itu sudah jarang dilantunkan dari orangtua kepada anak- anaknya. Hanya ada beberapa orang yang menyanyikannya saat upacara adat,” kata Udin.

Selain Iki Ko, masyarakat Bajo di Mola juga mengenal apa yang mereka sebut tradisi duata dan tuli kaka. Ritual duata dan tuli kaka adalah ritual pengobatan tradisional. Biasanya, ada dua sanro (dukun) yang menyelenggarakan ritual itu.

Masyarakat laut yang kini mulai ”didaratkan” itu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan komunitasnya. Mereka perlu dibantu tanpa harus mencerabut dari akar budayanya yang memang tak bisa lepas dari laut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com