Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutiara di Ujung Timur (2): Kemilau Alam di Bumi Perawan

Kompas.com - 26/08/2009, 12:24 WIB

Kornelis Kewa Ama

Dari Jayapura terus berlayar dengan perahu menuju Biak. Di sana terdapat upacara adat yang disebut Wor Barapen, sebuah kebiasaan kaum muda dan orangtua untuk menginjak batu karang tajam yang sudah dibakar.

Seorang pimpinan spritual dengan kemampuan magis membacakan doa bagi orang lain yang sedang berjalan di atas batu-batu itu. Jika kaki terluka, orang itu terlalu banyak dosa.

Adat perkawinan tradisional  orang Biak Munara disebut Yakyaker Purbakbuk. Yakyaker artinya membiarkan seorang pengantin  wanita pergi ke kediaman pengantin pria. Ini merupakan perayaan adat terbesar selama hidup di Biak, dirayakan sampai tujuh hari.

Taman Burung di Desa Rim, Kecamatan Biak Timur. Banyak burung  khas Papua dan burung-burung langka di Indonesia dapat ditemukan di taman burung Rim dengan luas dua hektar.

Kepulauan Padaido terdiri dari 30 buah pulau kecil dan besar disebut Pulau-pulau Schouten seorang berkebangsaan Belanda. Pulau itu ditemukan tahun 1602.

Padaido memiliki keindahan taman laut berkelas dunia. Laut yang  jernih dengan berbagai tumbuhan laut termasuk terumbu karang di dalamnya. Dua pulau kecil paling indah yakni Ureb dan Mansurbabo dengan terumbu karang, pantai pasir putih sepanjang bibir pantai.
Sinar matahari dapat menembus air laut sampai ke dasar laut. 

Kepulauan Padaido dapat digunakan diving, menyelam dan menyaksikan coral di dalam dasar laut.  Pagi hari, ketika matahari muncul di balik bukit Padaido, sinarnya memancar indah ke dasar laut. Segala tumbuh-tumbuhan laut, ikan, dan terumbu karang dapat dipantau dari darat. Dasar laut dengan pasir putih membuat panorama di perairan Padaido semakin asyik dinikmati. Tanah yang perawan. Keindahan tempat itu belum dinodai jejak industri kaum kapitalis.

Dennis Orchid Park adalah taman di depan Kepulauan Padaido yang menyediakan tumbuh-tumbuhan alamiah khas di Biak. Berbagai jenis anggrek dapat ditemukan di taman itu, di Desa Sumberker. Anggrek tersebut merupakan asli Papua dan tidak pernah dicampur zat kimia lain.

Pantai Imfendi terletak di Desa Adoki. Pantai tropis ini sangat indah untuk rekreasi dan santai. Terdapat hamparan pasir putih dengan air laut yang bening.

Sungai Biru yang mengalir di dalam terowongan (goa) sampai ke laut. Di dalam goa itu ditemukan stalaktit dan stalagnit. Sungai ini terdapat di Desa Parai.

Di Biak ada pula Museum Cenderawasih yang memiliki koleksi benda-benda  tradisional dan adat budaya khas Biak, senjata Perang Dunia II dari Jepang dan Sekutu, patung tradisional dari kayu menggambarkan nenek moyang Biak Numfor serta suku-suku di Biak.

Di sana juga terdapat goa Jepang berisikan sejumlah tengkorak Jepang. Tengkorak Jepang ini menjadi obyek wisata yang menarik.  Banyak warga Jepang  datang ke Biak melihat
goa itu. Ribuan serdadu Jepang mati terbunuh di dalam goa  itu. Kedalaman goa itu sampai 100 meter.

Yapen Waropen

Yapen Waropen dikenal sebagai salah satu kabupaten yang bersejarah di Papua. Di tempat ini Dr Sam Ratulangi dibuang.  Kemudian ia mengumpulkan para pemuda di Serui untuk membangun kekuatan melawan Belanda. Salah satu putra Serui yang bekerja sama dengan Sam Ratulangi mengusir Belanda adalah Silas Papare. Serui sebagai pusat perjuangan rakyat Papua merebut kemerdekaan bersama Indonesia.

Ditemukan kelompok masyarakat tradisional Serui yang tinggal di permukaan laut dengan membuat gubuk-gubuk dari kayu-kayu. Sagu adalah makanan khas kelompok suku ini dengan suguhan khas yang disebut Sagu Forna.

Pantai Mariadei dan Pantai Aromarea memiliki pasir putih, laut bening, dan tempat rekreasi penduduk lokal setiap hari libur. Pada sore hari situasi pantai sangat ramai dikunjungi masyarakat. Di sini juga terdapat terumbu karang yang sangat indah.

Terdapat tiga telaga biru, dekat Desa Saranwandori sehingga  disebut telaga biru Saranwandori. Di sekitar itu terdapat air terjun Haribi dengan ketinggian 10 meter.


(Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com