Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manisnya Saat Berbuka Puasa....

Kompas.com - 28/08/2009, 17:29 WIB

KOMPAS.com - Saat berbuka puasa adalah saat yang dinanti-nantikan pelaku ibadah shaum. Kenikmatan tiada tara akan dirasakan begitu makanan dan minumam pembuka melewati lidah dan tenggorokan kita.

Entah dari mana asal muasalnya, sebagian menunjuk ke tradisi, kebiasaan berbuka puasa dengan makanan dan minuman (sering disebut takjil) kini sudah begitu mendarah daging. Berburu takjil menjelang maghrib tiba pun kini ikut menjadi ritual pelengkap berpuasa.

Liat saja di berbagai sudut kota di Bandung seperti di kawasan Gasibu, Pusdai, Jalan Dipati Ukur, Jalan Otista, dan Jalan Tamansari. Orang, entah yang berpuasa atau tidak, larut di dalam keceriaan ngabuburit sambil cari-cari takjil yang pas di selera mereka.

Yulia Yusmita (23) misalnya. Masih mengenakan setelan blus dan menggenggam map biru-menandakan ia baru saja usai pulang kerja, bersama seorang teman prianya, ia pun ikut larut da lam keramaian di sekitar Pusdai. Penjual kolak, gorengan dan minuman dingin pun satu persatu disambanginya.

"Seru, ramai sekali di sini. Murah-murah pula lho," ujar Yulia antusias saat ditanya kesannya mengenai alasan dirinya kerap berkunjung ke tempat ini.

Seminggu terakhir, hampir tiap hari ia menyempatkan mampir ke Pusdai. Kadang langsung usai pulang kerja atau pulang dulu ke kos dan jalan bareng teman-teman kosnya. Baginya, pasar kaget dadakan di kawasan Pusdai layaknya tempat wisata kuliner dadakan yang adanya hanya setahun sekali.

Segala takjil dijual di sini. Mulai dari kolak, zupa-zupa, dawet, hingga es shanghai. Mau yang agak tidak biasa? Es sarang burung bisa menjadi pilihan para pelepas dahaga. Makanan berisikan campuran es, mangga, agar-agar, rumput laut, selasih, dan sirop ini menjadi alternatif pilihan untuk mereka yang bosan dengan kolak atau cendol.

Menyeruput takjil sambil makan gorengan, combro, cilok, fuyunghai, otak-otak, dan lumpia yang ikut dijajakan para pedagang kaki lima adalah pemandangan biasa di tempat ini. Kapan lagi bisa seperti ini? Semua makanan yang hanya ada tahunan berkumpul jadi satu, banyak pilihannya, murah, dan bisa cuci mata pula, tutur Alex Johar (27), pengunjung lainnya.

Takjil gratis 

Tidak hanya warung-warung da pasar dadakan di pinggir jalan, restoran-restoran dan kafe mewah pun ikut melakukan ritual yang sama. Takjil menjadi bagian tidak terpisahkan dari penyajian makanan selama di bulan ramadhan ini.

"Hanya, bedanya, pengunjung tidak perlu sampai rebut-rebutan, apalagi antre lama, untuk mendapatkan takjil di sini. Takjil diberikan gratis buat setiap costumer yang berbuka puasa di sini," tutur Nasim Athir, Manajer Restoran Sambara.

Meskipun hanya takjil, ada 20 jenis makanan pembuka ini yang dibagi-bagikan setiap harinya secara bervariasi. Kadang kolak, tidak jarang olahan buah-buahan. Untuk kolak, jenisnya pun bervairiasi. Ada ubi, singkong, dan pisang.

Meski porsinya tidak terlalu banyak, hanya semangkuk kecil, tetapi diklaim bahwa kolak di rasanya sangat beda dengan di tempat lain. "Kami main di resep. Meskipun hanya gratis, pembuatannya tidak asal," tuturnya.

Jika enggan berbuka dengan kolak, berbagai jus beserta vairiasnya bisa menjadi alternatif. Namun, untuk yang satu ini tidak bisa gratis. Jus galunggung yang berisi campuran nanas dan pisang misalnya, terlihat sangat menggoda.

"Lantas, apakah tidak rugi mengadakan takjil cuma-cuma? Setidaknya kan ikut beramal selama ramadhan. Setahun sekali ini..he-he-he..," ucap Ricky Ochtavianus, pegawai Kongkow Cafe, sambil terkekeh.

"Ya, di tempat kami makanan yang disajikan kan butuh waktu, sekitar sepuluh menit. Nah, sambil menunggu, dan pastinya supaya perutnya tidak kosong ya kami beri saja takjil. Maklum, anak-anak muda kan suka tidak sabaran," ucapnya sambil tertawa.

Salah paham 

Padahal, menurut Elly Musa, pakar gizi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (persagi) Jabar, sebetulnya, berbuka dengan yang manis-manis, tidaklah dibenarkan. Sebab, makanan-makanan seperti kolak dan cendol mengandung kadar gula alami yang tinggi. Gula ini mengandung kalori dan hidrat arang yang jika berlebih akan kurang baik bagi tubuh.

"Yang jadi masalah, kalau berbuka kan orang-orang suka seenaknya bernafsu makan kolak yang banyak. Padahal, malam harinya kan tidak ada aktivitas. Sehingga, kalori menumpuk. Di usia lanjut, ini sangat tidak baik," ujarnya. Untuk itu, seperti yang dipraktikannya, lebih baik berbuka dengan jus atau buah-buahan.

Atau, setidaknya, tidak berlebihan dalam mengonsumsi takjil yang manis-manis. sebab, sejatinya, berpuasa adalah menahan nafsu itu sendiri. Adalah kemenangan yang sangat manis jika kita bisa mengontrol hawa nafsu itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com