Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesta Tangkap Banteng

Kompas.com - 02/10/2009, 19:17 WIB

Banteng! Kalau dengar kata yang satu ini, gambaran saya adalah, seekor binatang besar bertanduk tajam yang dengan gaharnya menyeruduk orang, apalagi kalau orangnya memakai baju merah, sudah pasti akan dikejar habis-habisan.

Di Perancis selatan pertarungan antara banteng dan manusia yang disebut corrida adalah tradisi yang mengakar di masyarakat. Pertama melihat corrida di dalam arenes (arena banteng atau arena gladiator), dengan matador yang meliukan badannya untuk menghindari tanduk si banteng, saya merasa menderita sekali. Karena sebelum bertemu matador si banteng disiksa terlebih dahulu. Tiga tombak tajam ditusukkan ke tubuh banteng.  

Pertarungan antara manusia dan hewan di dalam arenes akan diakhiri dengan tusukan pedang matador ke tubuh banteng hingga tewas. Itu adalah yang pertama dan yang terakhir saya melihat aksi pertunjukan seperti itu, 13 tahun yang lalu di kota Arles, Perancis Selatan.

Tradisi corrida di Perancis selatan yang menempel dengan Spanyol melekat sangat erat. Beberapa kota memiliki arena banteng. Setiap tahun pesta banteng diperingati dengan sangat meriah.

Terjebak

Pada satu hari Minggu saya dan suami tidak sengaja terperangkap di salah satu acara corrida, yaitu Abrivados des plages. Artinya, melepaskan banteng di pantai. Saat itu sebenarnya kami bermaksud melewatkan waktu berdua di tepi pantai, menikmati secangkir kopi dan croissant ditemani debur ombak. Mumpung anak-anak sedang menginap di rumah kakek-neneknya.

Tapi kok ya, di mana-mana terdapat pagar besi setinggi dua meter sebagai pembatas. Cafe favorit kami yang berada di pantai pun ikut dikurung besi pengaman. Alamak...ternyata, pukul 11 pagi bakalan ada pesta pelepasan banteng di pantai! Mau pulang kok tanggung. Jadilah kami mendekam di dalam cafe sambil menunggu para banteng lewat. Apalagi menurut salah satu pengunjung cafe, pesta banteng ini jauh dari kekerasan dan tidak ada banteng yang dibunuh.

Tapi, pemilik cafe menakut-nakuti kami dengan cerita seramnya. Katanya, tahun lalu, lumayan juga yang terluka akibat keseruduk si banteng! Tambahnya lagi, ada seorang ibu yang dengan cerobohnya lewat di pantai sambil mendorong kereta bayi dan bikin panik semua orang yang melihatnya. Karena panik si hewan pemberang itu jadi ikutan panik dan yang ada jadi mengejar semua orang dengan garangnya. Satu orang terpaksa diangkut ke rumah sakit karena kakinya luka parah keseruduk banteng!

Kesimpulannya, pemilik cafe meyarankan kami untuk tidak keluar dari balik besi jeruji pengaman.  Sekitar pukul 11 mulai terdengar suara gaduh di tengah kerumunan orang. Para pengendara kuda mulai siap beraksi menggiring banteng melewati pantai. Banteng-banteng itu dilepas dari mulai ujung pantai dan digiring sampai ke kandang besi. Oooh, saya pikir tadinya tuh, para banteng bakalan benar-benar dilepaskan begitu saja, lalu para jagoan mencoba menangkap buntut atau tanduk banteng, sebagaimana lazimnya tradisi.

Ternyata, para banteng ini dikawal tiga hingga empat pengendara kuda yang berpakaian koboi. Amboi, gagah benar lelaki-lelaki yang duduk di atas kuda itu.  Saya salah. Tidak semua koboi itu lelaki. Banyak juga koboi wanita duduk di atas pelana, bahkan sebagian ada yang baru berusia 15 tahun. Wah..wah.. gagah perkasa juga nih cewek-cewek imut, pikir saya. Paras gadis-gadis belia itu begitu cantik dan feminin, tak ada tampang tukang giring banteng deh! Di Indonesia pasti sudah jadi pemain sinetron!

Lima belas menit kemudian terdengar suara letusan menggelegar menandakan banteng akan segera dilepaskan. Memang kalau sudah terbawa arus, jadi suka lupa diri. Pesan si pemilik cafe kami lupakan begitu saja. Saya dan suami tanpa sadar sudah keluar dari jeruji besi yang memang jaraknya renggang satu sama lain. Kami berada di tengah pantai keasyikan melihat  binatang penyeruduk ini lewat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com