Setiap kali rombongan koboi dan banteng lewat, para penangkap banteng dengan gigihnya mengejar binatang itu untuk bisa menangkap buntut si hewan. Sumpah, saya heran betul, kebanyakan para penangkap adalah anak-anak. Kok bisa ya mereka tidak ketakutan. Lalu para orang tuanya, apa tidak cemas melihat anak mereka mengejar banteng liar? Kebayang aja kalau saya melihat anak saya lari-lari mencoba menangkap buntut banteng, dijamin saya langsung pingsan di tempat dan boro-boro sempat mengingatkan mereka agar hati-hati.
Tiba-tiba, seorang penangkap berlari kencang ke arah kerumuman kami sambil berteriak panik!
“Ada banteng lepas! Awas! Ada banteng kabur. Minggir semuanya!”
Yang melintas di kepala saya hanya satu: kabur, mengamankan diri di balik jeruji besi. Saya celingukan mencari Kang Dadang. Waduh! Suami saya tidak ada di samping saya. Dia sudah kabur duluan! Tak ada waktu untuk ngomel. Saya lari sekencang-kencangnya ke balik besi pengaman.
Untunglah saya berhasil kembali ke area aman meski sedikit memendam dongkol di hati karena ditinggal suami. Ada tiga banteng yang kabur. Bagusnya banteng-banteng itu lari ke arah laut, bukan ke arah pentonton. Melihat banteng lari menjauh, pelan-pelan para penonton kembali ke luar dari pagar pengaman dan berjalan menuju laut. Aahhh kasihan sekali... saya melihat bagaimana tiga banteng berenang hingga jauh ke laut. Ternyata banteng-banteng itu panik melihat gerombolan manusia. Banteng-banteng itu tidak tahu kalau kami juga panik melihat mereka.
Tenggelam
Satu banteng hilang cepat ditelan laut. Satu banteng berhasil diselamatkan. Tepuk tangan bergemuruh riuh tanda salut penonton kepada para penggiring banteng berkuda. Untuk menyelamatkan banteng, para koboi dan kudanya ikutan menceburkan diri ke laut. Hebatnya para koboi ini. Mereka harus menenangkan kuda-kuda mereka yang kecebur laut sambil berupaya menghalau banteng agar kembali ke arah pantai.
Satu banteng lagi berakhir dramatis. Dia terus berlari masuk ke dalam laut hingga hanya tanduknya yang terlihat. Para pengendara jet ski, hingga kapal kecil mencoba mencegah si hewan agar berhenti berenang. Ketika akhirnya berhasil dihentikan, badan dan tanduk banteng di tarik dengan tali untuk dibawa ke pantai. Sayang sekali, setelah coba diselamatkan, umur hewan itu berakhir juga. Disitulah bedanya, jika di corrida biasa si banteng sengaja di bunuh, di acara ini malah diselamatkan.
Saya mencoba mengambil gambar banteng yang tewas, tapi ditegur oleh salah satu koboi.
“Nona, tolong jangan ambil foto banteng saya yang mati,” mata koboi lelaki muda itu berkaca-kaca. Dia sangat terpukul dengan perginya si banteng. Saya pun meminta maaf dan pergi.
Baru saya ketahui, jika para banteng yang dilepas itu adalah milik dari peternakan para koboi. Suasana yang tadinya begitu semarak, jadi sedikit terganggu dengan matinya si banteng. Suara letusan kembali menggelegar menandakan akhir dari pelepasan banteng. Para penggiring banteng berbaris membentuk setengah lingkaran. Kami memberikan hormat atas keberhasilan dan keberanian mereka.
Ternyata tidak semua pesta banteng menyeramkan. Pesta yang seru dan bikin adrenalin melonjak ini memungkinkan penonton ikut terlibat langsung. Ada yang ingin mencoba?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.