Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberadaan Teroris di Aceh untuk Siapkan Skenario Teror Besar Baru

Kompas.com - 09/03/2010, 22:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Keberadaan dan aktivitas para teroris di Aceh Besar, Aceh, diyakini memang bisa menjadi bagian dari persiapan skenario serangan besar baru jaringan teroris internasional dengan sasaran kawasan perairan Selat Malaka. Jaringan itu bisa saja Jamaah Islamiyah dan Al Qaeda.

Walaupun demikian, Kepala Desk Antiteror Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Ansya'ad Mbai menambahkan, para teroris yang ada di sana boleh jadi saat ini masih belum mengerti arah skenario besar tersebut karena mereka hanya berperan mempersiapkan infrastruktur dan sarana pendukung rencana itu.

Hal itu disampaikan Ansya’ad, Selasa (9/3/2010), saat ditemui Kompas di ruangannya. Menurutnya, para teroris memang selalu punya pemikiran dan cara kerja yang jauh lebih maju dari orang kebanyakan dan aparat keamanan. Mereka selalu memiliki cara yang mengejutkan dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya untuk menyerang target-target potensial mereka. Target mereka selalu berkembang dan tidak pernah statis.

“Selama ini kan dunia internasional khawatir, kawasan Selat Malaka bakal dijadikan sasaran berikutnya. Di sepanjang perairan ini ada banyak kapal, termasuk kapal bertonase besar (very large vessel) pengangkut minyak yang lalu lalang di sana. Skenario serangan yang mungkin, mereka bekerja sama dengan para perompak untuk membajak kapal-kapal tanker itu,” ujar Ansya’ad.

Setelah dibajak, ada dua kemungkinan pola serangan yang bisa dilakukan. Pertama, dengan membajak dan membawa kapal tanker pengangkut minyak tadi untuk ditabrakkan dan diledakkan ke pelabuhan-pelabuhan internasional macam Singapura. Adapun skenario kedua, kapal tanker diledakkan dan ditenggelamkan di titik tersempit perairan Selat Malaka.

Seperti diketahui, Selat Malaka adalah kawasan perairan tersibuk dan terpenting di dunia, dengan sedikitnya 38 persen dari total perdagangan dunia diangkut dengan kapal laut melalui perairan itu. Sejumlah negara berpengaruh, seperti China, Jepang, dan Korea Selatan, menggantungkan pasokan energi mereka dari kawasan Timur Tengah, yang dibawa melewati kawasan Selat Malaka.

“Selain minyak, kapal-kapal pengangkut bahan kimia yang bisa dijadikan senjata pemusnah massal pun rawan mereka bajak. Sekali saja serangan berhasil, hal itu akan menciptakan kondisi kekacauan luar biasa di kawasan perairan itu yang bakal berdampak panjang. Bahkan, jalur itu bisa ditutup. Makanya, negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat telah memberi bantuan kapal patrol dan kapal cepat,” ujar Ansya’ad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com