Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksotisme Wisata Selam

Kompas.com - 26/03/2010, 08:47 WIB

Ketertinggalan itu, antara lain, dipicu oleh minimnya aksesibilitas ke obyek wisata. Bandingkan dengan Kepulauan Karibia, setiap kilometer persegi obyek wisata selam di negara itu mampu meraup pendapatan 3 juta dollar AS per tahun karena kemudahan akses dan infrastruktur yang memadai.

Director Buton Resort and Dive Center John Fletcher mengemukakan, keindahan alam bawah laut sangat menarik untuk investasi. Ia menghitung setidaknya ada 72 titik penyelaman di perairan Pulau Buton kini dikelola swasta.

”Potensi yang masih alami itu perlu dipoles dengan kemudahan akses transportasi agar menarik banyak wisatawan,” ujar pria asal Inggris itu, yang sebelumnya berprofesi sebagai konsultan peneliti konservasi laut dan hutan Indonesia.

Pengembangan wisata selam tak hanya mendatangkan wisatawan, tetapi juga dapat diandalkan sebagai roda penggerak perekonomian penduduk lokal. Sayangnya, belum banyak industri wisata selam di Tanah Air yang dikelola dengan berbasis masyarakat. Sebagian besar usaha wisata selam saat ini dikelola pemodal asing dan kerap tanpa melibatkan penduduk setempat.

Di Lombok, misalnya, usaha wisata selam hampir seluruhnya dikuasai pemodal asing. Pengusaha asing bahkan merasuk untuk menggarap usaha wisata selam di lokasi-lokasi terpencil.

Minimnya keterlibatan penduduk lokal dalam penggarapan wisata bahari kerap memicu potensi konflik antara masyarakat dan pengusaha. Konflik itu semakin runcing tatkala obyek wisata selam terus mendatangkan uang, sedangkan penduduk dan nelayan lokal tetap terpuruk dalam kemiskinan.

Dekan Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Arif Satria mengemukakan, masalah yang kerap mencuat dalam pengembangan wisata bahari adalah konflik antara pengusaha dan nelayan lokal. Konflik itu sering kali berujung pada perseteruan dengan pengusaha hingga perkelahian antarpenduduk.

Agar industri wisata selam bermanfaat bagi perekonomian lokal, diperlukan ketegasan pemerintah dalam menentukan zonasi kawasan wisata bahari yang tidak berbenturan dengan areal mata pencarian nelayan lokal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com