Kepala Museum Tekstil Indra Riawan mengatakan, membatik adalah satu dari tiga kegiatan yang bisa ikut dikerjakan pengunjung museum. Dua kegiatan lain adalah pewarnaan alami kain serta melipat kain.
Selain Museum Tekstil, Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua juga punya kegiatan yang bisa diikuti pengunjung, yakni membuat keramik.
Untuk anak-anak, ada cetakan keramik berbentuk hewan, seperti kodok, burung, cicak, atau kura-kura. Cetakan ini untuk memudahkan membuat keramik.
Orang dewasa bisa menggunakan alat putar keramik. ”Alat ini agak berat sehingga sulit dipakai untuk anak-anak,” ucap Kepala Seksi Koleksi dan Keramik Eny Widayanti.
Agar keramik yang kita buat bagus, pihak museum menyediakan tanah liat khusus yang sudah diolah. Tanah liat yang lembut ini gampang dibentuk dan membuat keramik yang dihasilkan tidak mudah pecah.
Dengan durasi pembuatan keramik antara 1,5 dan 2 jam, kita bisa membuat keramik mungil, seperti cangkir atau wadah kecil. Lokakarya pembuatan keramik ini memang baru sebatas pembentukan keramik. Sementara pembakaran keramik tidak diajarkan lantaran waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Masih di sekitar Kota Tua, ada satu lagi museum yang menyediakan kegiatan menarik bagi pengunjung. Museum itu adalah Museum Wayang. Seperti namanya, museum ini menyediakan kesempatan membuat wayang.
Tetapi, bukan wayang kulit yang bisa dilatih di sini, melainkan pembuatan wayang dari janur atau daun muda pohon kelapa. Janur yang sudah dibelah lantas dijalin dengan teknik tertentu sehingga hasil jalinan janur ini bisa berbentuk wayang.
”Dulu, kami sempat menggunakan rumput-rumputan seperti mendong dan oro-oro untuk membuat wayang. Karena semakin sulit mendapatkan bahan itu, maka sekarang kami pakai janur,” ucap Kepala Seksi Koleksi dan Perawatan Katimo NS.
Selain itu, ada juga lokakarya karawitan yang bisa diikuti anak-anak hingga orang dewasa di museum ini.
Masih di kawasan Kota Tua, kita juga bisa berkeliling ke sejumlah museum lain. Kendati tidak semua museum menawarkan kegiatan yang khusus, ada pula sensasi yang bisa dirasakan di museum tertentu.
Museum Bahari dan Menara Miring Syahbandar, meski terlihat kurang perawatan, menarik untuk dikunjungi. Apalagi naik ke Menara Miring Syahbandar. Kemiringan dua derajat ke arah selatan di menara itu membuat pengunjung yang mencoba naik ke menara merasakan sensasi antara rasa ngeri, takut, dan senang.
”Kami membatasi jumlah orang yang naik ke menara. Paling banyak hanya 10 orang dewasa. Untuk anak-anak, mungkin bisa 15 anak yang naik,” kata Gathut Dwihastoro, Kepala Museum Bahari. (Agnes Rita S dan M Clara Wresti)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.