Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rijstafel di Pedalaman Sumatera

Kompas.com - 05/07/2010, 15:51 WIB

Selesai dengan menu pembuka, menu utama segera disajikan. Pramusaji akan berjaga tak jauh dari meja Anda, khas gaya kolonial, dan akan mengambilkan nasi setiap kali piring Anda terlihat kosong. Melihat menunya dan rasanya sangat Jawa, seperti keberadaan mendoan dan sate yang berasa sangat manis. Entahlah, bagaimana dulu rasa Jawa itu hadir di Pematang Siantar.

Rasa makanan yang agak membedakan dengan rijstafel di Jawa adalah kehadiran makanan yang oleh pramusaji disebut lodeh. Meski warna dan bahan-bahannya agak mirip dengan lodeh di Jawa, makanan ini lebih terasa seperti kari, sangat berempah. Hal ini berbeda dengan lodeh di Jawa yang gurih dan malah cenderung asin.

Yang juga tak biasa adalah keberadaan pisang goreng dalam menu utama. Menu ini tak lazim karena biasanya pisang goreng menjadi menu penutup. Apakah koki salah menempatkannya?

”Memang seperti itu, Pak,” katanya. Ah, rupanya memang adat para londo zaman dulu seperti itu. Pisang kadang ada dalam menu makanan utama. Pisang pun masuk ke mulut di tengah kerumunan nasi setelah pramusaji mengatakan bahwa dulu orang Belanda memang seperti itu makannya.

Seusai menu utama, menu penutup berupa koktail disajikan. Koktail ini terdiri atas potongan berbagai macam buah, mulai dari pepaya, pisang, semangka, hingga nanas. Setelah kenyang, kehadiran koktail memang menyegarkan.

Sebagai menu yang benar-benar menjadi penutup, pramusaji yang sejak tadi tetap setia berdiri tak jauh dari meja makan akan menawarkan minuman teh atau kopi. Yang agak berbeda, di samping kedua jenis minuman itu, akan disajikan pula secangkir kecil susu manis. Di Sumatera Utara, minuman teh dan kopi yang dicampur dengan susu sangat banyak ditemukan.

Rijstafel, sajian berbagai makanan Indonesia dengan tata menu Eropa, menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Kalau tidak ada yang menghidupinya, kemungkinan akan hilang, seperti sejumlah makanan di Siantar Hotel yang tidak lagi dikenal karena koki restoran yang sudah tua tak sempat mewariskan pengetahuan itu kepada koki penerusnya.  (Andreas Maryoto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com