Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muntilan Masih Tetap Lumpuh

Kompas.com - 11/11/2010, 03:57 WIB

Muntilan, Kompas - Situasi Kecamatan Muntilan, Mungkid, Borobudur, Dukun, Srumbung, dan Sawangan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, masih lumpuh pascaletusan 31 Oktober 2010. Listrik masih padam, ekonomi pun belum pulih, ribuan hektar tanaman padi, lombok, cabai, jagung, tomat, dan tembakau akan gagal panen.

Bahkan nyaris semua jenis tumbuhan dari rumpun bambu, pohon kelapa, dan pohon kluwih kering. Sementara semburan abu vulkanik Merapi sepanjang hari Rabu kemarin nyaris tanpa henti terjadi sejak pukul 06.00 hingga malam, karena Merapi terus-menerus menyemburkan debu pasir dan awan panasnya.

Kondisi lumpuh mulai terlihat setelah Jembatan Blongkeng, persisnya di Jalan Pemuda Muntilan, karena sebagian besar toko masih tutup dan pasar di bekas terminal Muntilan belum sepenuhnya beroperasi. ”Sejak 28 Oktober, listrik di Muntilan padam dan sampai sekarang belum menyala,” kata Ny Wiwoho, pemilik toko kelontong di Jalan Pemuda Muntilan, Desa Wonosari, Kecamatan Blongkeng, Kabupaten Magelang.

Situasi sama diungkapkan pemilik toko pakaian tetangganya. Pemilik toko memilih mengepak dagangan pakaiannya daripada terkena debu yang mencapai 3 sentimeter. ”Muntilan itu kehidupan warganya tergantung dari warung dan sektor informal makanan. Kalau kota dan desa-desa diliputi debu tebal seperti ini, mana ada orang berjualan,” kata Gunawan, pengusaha dari Muntilan.

Mbah Wongso, sesepuh Ansor dari Magelang, menambahkan, kalau infrastruktur jalan dan kebersihan jalan-jalan dari debu tidak segera ditangani oleh pemerintah kabupaten, perekonomian masyarakat akan makin lama lumpuh. ”Masyarakat secara swadaya sudah berusaha membersihkan dan membangun kembali berbagai kerusakan akibat gempa, tetapi Pemerintah Kabupaten Magelang kami nilai sangat lamban,” kata Mbah Wongso, sambil menyebut pembersihan sejumlah jalan sudah dilakukan oleh masyarakat menggunakan buldoser, tetapi Pemkab Magelang sangat pasif.

Juwari (53), petani cabai keriting dari Susun Dukuh, Mangunsuko, Kecamatan Dukung, Kecamatan Mangunsuko, mengungkapkan kerugian yang dideritanya sekitar Rp 20 juta. Tanaman cabainya di lahan 2.000 meter persegi hancur layu dan karenanya harus dipanen segera dengan harga jual hanya Rp 3.000 per kilogram. ”Padahal, kalau harga normal Rp 13.000-Rp 15.000 per kg,” katanya.

Nada frustrasi juga diungkapkan Sumah Mardjono, petani cabai di Dusun Sengi, Kecamatan Dukun, karena tanaman cabainya di lahan 1.000 meter persegi biasanya menghasilkan sekitar Rp 13 juta sekali panen. ”Sekarang paling saya hanya akan dapat Rp 500.000 karena harga jual cabai saya cuma Rp 2.500-Rp 3.000 per kg,” katanya.

Magelang diselimuti abu

Letusan Gunung Merapi yang terjadi pada Rabu pagi kembali menyebabkan Kabupaten Magelang dan di sekitarnya diselimuti hujan abu. Ruas-ruas jalan yang sudah dibersihkan dari timbunan lumpur hujan abu dengan ketebalan sampai 5 sentimeter kembali dilapisi abu Merapi.

Aktivitas perekonomian masyarakat tampak terhenti, mulai dari Muntilan-Kota Mungkid. Hanya beberapa toko yang mulai beraktivitas pada hari itu, sedangkan lainnya masih lebih banyak yang menutup tokonya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com