Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genjot Becak Keliling Yogya

Kompas.com - 23/12/2010, 08:34 WIB

KOMPAS.com — Turunlah dari mobil sewaan Anda dan telusuri Yogyakarta dengan becak. Becak dan andong identik dengan Yogyakarta. Apalagi jika Anda mampir ke kawasan wisata Malioboro. Di tempat ini berjejer puluhan becak dan andong siap mengantarkan wisatawan pelesir keliling Yogyakarta. Bukan hanya wisatawan domestik, wisatawan asing pun sangat senang naik becak.

Ada beberapa rute yang bisa Anda minta ke tukang becak untuk mengantarkan Anda. Salah satunya adalah seputaran Malioboro. Biasanya wisawatan memilih rute becak seputaran Keraton. Tak ada salahnya Anda menelusuri jalur berbeda. Apalagi jika Anda baru sempat berkeliling pada sore hari. Sore itu saya diantar oleh Jumari, tukang becak yang biasa mengantar wisatawan keliling kawasan pusat kota Yogyakarta.

Start awal tentu saja Malioboro. Wisata belanja memang cocok dilakukan di sepanjang Malioboro. Aneka batik sampai makanan khas Yogyakarta bisa Anda temukan di sini. Favorit wisatawan adalah berbelanja di Pasar Beringharjo dan Toko Mirota. Kedua tempat belanja ini memiliki keasyikan tersendiri untuk berbelanja. Di Pasar Beringharjo, Anda harus pintar-pintar menawar. Sementara di Toko Mirota harganya sudah pasti. Tapi, siap-siaplah berjibaku memperebutkan baju incaran Anda. Karena jika kalah cepat, bisa-bisa orang lain yang duluan mengambilnya.

Setelah menelusuri Malioboro, becak akan membawa Anda ke Jalan Rotowijayan. Di jalan ini banyak toko-toko yang menjual kaus aspal Dagadu. Kaus Dagadu memang sudah menjadi ikon cendera mata Yogyakarta. Desain nge-pop ala anak muda tapi tetap dengan ciri khas Yogyakarta.

Setelah itu, gowesan berlanjut ke Jalan Kauman. Jalan kecil dengan sisi kanan dan kiri penjual baju-baju batik. Oleh karena itu, kawasan ini dikenal sebagai kampung batik. Tak ada salahnya Anda mampir ke Masjid Gede yang ada di Kampung Kauman. Apakah Anda telah menonton film Sang Pencerah karya sutradara Hanung Brahmantyo? Film tersebut mengangkat kehidupan KH Ahmad Dahlan. Nah, di kampung Kauman inilah KH Ahmad Dahlan mendirikan Islam Muhammadiyah. Tak heran jika kampung ini kental napas Islam. Untuk menelusuri gang-gang sempit di daerah ini, Anda harus berjalan kaki.

Perjalanan berlanjut menuju Jalan KS Tubun. Tapi, jalan ini lebih dikenal dengan Jalan Pathuk. Rasanya baru lengkap apabila mampir ke Yogyakarta dan membeli bakpia. Camilan khas Yogyakarta yang legit ini adalah kue dengan isian kacang hijau. Saat ini produk bakpia berkembang dengan aneka isian, seperti keju dan cokelat.

Menurut Jumari, Jalan Pathuk merupakan awal mula pusat pembuatan bakpia pathuk. Karena itulah, bakpia dari daerah ini diberi akhiran pathuk. Saat Anda melintasi jalan tersebut, Anda akan melihat toko-toko bakpia dengan aneka nomor seperti 25, 75, 99, dan nomor lainnya. Uniknya, tiap nomor tersebut menandakan nomor rumah tempat bakpia tersebut diproduksi.

Anda juga bisa mengunjungi tempat produksi bakpia dan melihat secara langsung proses pembuatan bakpia. Kawasan ini selalu padat dengan wisatawan yang berburu bakpia pathuk sebagai oleh-oleh.

Jalan Sosrowijayan adalah perhentian selanjutnya. Kawasan ini terkenal sebagai kampung turis dan tempat favoritnya backpacker mancanegara, seperti Jalan Jaksa di Jakarta atau Jalan Poppies di Kuta Bali.

Sama seperti kampung turis pada umumnya, kawasan Sosrowijayan Wetan ini berada di jalan sempit serta memiliki aneka toko dan jasa yang memudahkan para turis. Sebut saja dari penginapan murah, rental mobil dan motor, money changer, hingga biro perjalanan. Di sini Anda bisa menemukan toko buku yang menjual aneka buku dari berbagai negara dengan harga murah. Coba pula wisata kuliner di beberapa rumah makan tradisional.

Setelah itu Wahyudi membawa becak kembali ke Malioboro. Beberapa jalan memang menawarkan aneka produk seperti kaus, batik, dan bakpia pathuk. Wahyudi dengan sopan beberapa kali meminta saya untuk masuk ke toko-toko tersebut. Namun, tak jarang, tukang becak yang mengantar wisatawan bersikap sedikit memaksa dengan harapan mereka akan berbelanja.

Jika memang Anda memiliki uang lebih, tak ada salahnya Anda berbelanja di toko-toko yang ada di Jalan Rotowijayan, Jalan Kauman, dan Jalan Pathuk. Selain Anda mendapatkan oleh-oleh, tukang becak juga akan mendapatkan komisi dari pedagang. Hitung-hitung belanja sambil berbagi rezeki.

Selain berjalan-jalan seputaran Malioboro, Anda juga bisa menyewa becak untuk diantar keliling Keraton. Nantinya becak akan membawa Anda ke area Vredenburg Fort, Alun-Alun, Keraton, Taman Sari, sampai ke Museum Kereta. Ongkos yang Anda keluarkan mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 30.000 tergantung dari jarak yang ingin Anda telusuri. Alternatif lain adalah naik andong, harganya tentu saja lebih mahal, mulai dari Rp 50.000. Jadi, naik andong jika Anda pelesir beramai-ramai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com