Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fujiyama dari Shinkansen

Kompas.com - 03/01/2011, 06:44 WIB

Di sepanjang perjalanan selama 1,5 jam di atas bus yang membawa kami naik dan juga dalam perjalanan kami turun kembali ke kota, kami berkesempatan menyaksikan lereng pegunungan yang bak karpet diselimuti hamparan pepohonan dengan daun-daun yang mulai berubah warna bak lukisan alam, membentang seperti karpet warna-warni yang menyelimuti badan pegunungan. Bedanya, ini jauh lebih indah ketimbang dalam lukisan.

Beberapa dari kami terlelap karena sebelumnya tak sempat tidur di pesawat, tetapi mata saya terus terjaga karena cerita Yoshi yang tak henti sepanjang perjalanan terlalu sayang untuk dilewatkan. Hutan kayu yang kami lewati memang tak selebat hutan hujan tropis di Kalimantan atau Sumatera dulu, tetapi ternyata menyimpan sejarah panjang kejayaan penguasa-penguasa Jepang masa lalu, yang kadang kala mungkin getir buat sebagian besar warga masyarakat biasa Jepang.

Seluruh hamparan hutan di kaki Fuji ini, menurut Yoshi, dulu berada di bawah kekuasaan kesoghunan Takugawa. Kayu-kayu di dalamnya merupakan kekayaan yang sangat berharga dan dijaga betul oleh ke-shogun-an. Tak seorang pun boleh menebang atau memotong rantingnya sekali pun. Bagi yang nekat melanggar, tak ada ampun, hukuman mati sudah menunggu. Kendati masa ke-shogun-an sudah lama lewat, hutan itu tetap terjaga lestari sampai sekarang.

Kekecewaan kami sepenuhnya terobati ketika mimpi melihat Fuji dengan mata kepala kami sendiri akhirnya kesampaian juga. Kali ini dari jendela Shinkansen dalam perjalanan kami dari Nagoya kembali ke Tokyo pada hari terakhir kunjungan ke Jepang. Tubuh Fuji yang spektakuler besarnya, dengan puncak berbentuk tumpeng simetris tertutup salju keperakan, tampak kelabu berkilauan di bawah langit cerah dan matahari terik. Memang tidak seseru melihat dari dekat di punggungnya, tetapi lumayanlah.

Saya berjanji, suatu saat akan kembali ke sini lagi....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com