Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beginilah Tradisi Ekstrem di Lembata

Kompas.com - 07/02/2011, 06:21 WIB

Bisa dibayangkan kekagetan dan rasa sakit ikan paus saat ditombaki dan bagaimana reaksi ikan raksasa itu, yang sangat mungkin membahayakan lama fa dan perahu para nelayan. Namun, tak ada rasa gentar. Ikan paus harus ditaklukkan agar bisa dibawa pulang ke Lamalera, berapa pun jauhnya ikan itu berusaha melarikan diri sampai melemah dan akhirnya mati. Terkadang perahu diseret ke lautan lepas sampai para pemburu kehabisan bekal karena berhari-hari di laut lepas.

Daging ikan paus yang diperoleh dari perburuan ini akan dibagikan kepada semua penduduk sesuai dengan besarnya jasa wakil anggota keluarga mereka dalam proses memburu paus. Selain daging, masyarakat juga memanfaatkan minyak paus sebagai minyak urut, bahan obat, dan bahan bakar lampu teplok.

Walaupun sudah ada beberapa konvensi yang melarang perburuan ikan paus, tradisi berburu ikan paus ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan. Para penduduk Lamalera mengatakan, mereka tahu ikan paus mana yang menjadi buruan mereka. Ikan paus yang masih kecil dan yang sedang hamil tidak akan diburu. Hal itu untuk menjaga populasi paus di daerah Lamalera.

Kini para orangtua di Lamalera berusaha keras melatih anak mereka agar kelak menjadi lama fa. Hal ini disebabkan makin hilangnya kesadaran para pemuda Lamalera dalam mempertahankan tradisi berburu ikan paus yang diwariskan nenek moyang.

Pemerintah setempat, melalui kepala dinas kebudayaan dan pariwisata (disbudpar), menjadikan tradisi berburu ikan paus oleh nelayan Lamalera sebagai salah satu obyek wisata. Kepala Disbudpar Wenseslaus Pukan belum lama ini mengatakan sudah mengusulkan Desa Lamalera menjadi desa pariwisata ke dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata yang mulai digulirkan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Keseriusan ini, katanya, untuk mewujudkan Lamalera menjadi salah satu ikon utama pariwisata di Kabupaten Lembata. Dan, hal ini sudah dimulai dengan diadakannya Fertival Baleo di Lamalera sejak 2009. Festival akan terus digelar setiap tahun.

"Kami sedang berkonsentrasi untuk menjadikan Lamalera sebagai ikon pariwisata kami, dan kami sudah memulai pada 2009 dengan melaksanakan Festival Baleo. Hal ini karena selama ini wisatawan asing dan regional berkunjung ke Lamalera untuk melihat tradisi ini," ujarnya.

Saat ini, katanya, Desa Lamalera A dan B sudah diusulkan untuk masuk desa prioritas sasaran PNPM Mandiri Pariwisata. Dia berharap, dengan campur tangan pemerintah pusat, Lamalera dapat lebih maju dan semakin dikenal dunia. (Pos Kupang/Jumal Hauteas)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com