Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Juru Kunci" Budaya Toraja

Kompas.com - 21/02/2011, 14:45 WIB

Kiprah Stanis dalam menganalisis budaya Toraja kembali menarik perhatian pihak asing. Ford Foundation pada tahun 1993 menawarinya ikut program doktoral di University of Chicago. Dalam studinya kali ini, Stanis memfokuskan penelitian pada ritual Rambu Solo’ yang dilakukan penganut Aluk Todolo (kepercayaan dari leluhur di Toraja).

Memahami Toraja

Setelah mengenyam teori kebudayaan selama dua tahun, ia kembali ke Tanah Air pada tahun 1995 untuk meneliti upacara adat Rambu Solo’ di sejumlah perkampungan Toraja. Selama tujuh tahun lebih Stanis berkelana dari satu kampung ke kampung lain yang khusus didiami para penganut Aluk Todolo.

Stanis sedikitnya mengunjungi empat kampung yang masing-masing berlokasi di wilayah utara, selatan, barat, dan timur Toraja. Saat berkunjung ke Kampung Simbuang di bagian barat Toraja, ia harus berjalan kaki hingga 10 km untuk mencapai lokasi. Namun, jerih payah itu terbayar karena di Simbuang ia menemukan prosesi memeras mayat atau Mapara Tomate’ untuk memisahkan unsur keras (tulang) dari yang lunak (daging).

Di tengah penelitiannya itu, ia menulis buku pertamanya berjudul Life and Death in Toraja (Universitas Hasanuddin, 2000). Tatkala penelitiannya rampung dua tahun kemudian, ia mendapat beasiswa dari Toyota Foundation Jepang. Beasiswa itu sebagai bekal menyusun disertasi.

”Hampir semua penelitian saya didukung yayasan asing karena mereka memahami pentingnya mengungkap keunikan budaya Toraja,” ungkap Stanis.

Pencapaian itu kian mengukuhkan kapasitasnya sebagai peneliti yang memahami Toraja Luar dan Dalam. Pada tahun 2008, ia terlibat dalam dua proyek stasiun televisi asing, yakni FOX Television dan BBC Television yang memasukkan Aluk Todolo dalam program 80 Faiths Around The Worlds.

Setahun kemudian, Stanis bersama dua penulis lain, Elizabeth Cofill (AS) dan Dana Rapaport (Perancis), menerjemahkan buku Ethnomusicology Toraja. ”Buku ini seperti kamus Toraja yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia, Inggris, dan Perancis sebagai panduan bagi wisatawan,” katanya.

Berbagai kerja sama dengan pihak asing itu membuat beberapa proyek Stanis tertunda. Empat buku yang telah ditulisnya sejak beberapa tahun lalu bakal rampung dan siap terbit tahun ini, antara lain, Tradisi Lisan Toraja, Kambunni’: Mengungkap Keunikan Budaya Toraja, dan Kamus Paralelisme Toraja.

Karya itu menjadi modal berharga bagi generasi muda yang ingin mempelajari kebudayaan Toraja. Selama ini kebudayaan Toraja yang berbasis pada tradisi lisan nyaris punah karena hanya dipahami oleh segelintir masyarakat yang sudah tua. Begitu pula dengan ritual Rambu Solo’ versi Aluk Todolo mengingat penganutnya terus menyusut dari tahun ke tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com