Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang Asmat Asli Masih Terpinggirkan

Kompas.com - 24/04/2011, 03:14 WIB

”Kami sekarang sampai kewalahan menampung hasil bumi warga. Kadang mereka datang membawa pisang banyak sekali, satu long boat penuh pisang. Untungnya, sekarang semakin banyak warga Agats yang membeli di sini sehingga uang bisa berputar terus,” ujar Ayun, pengelola kios Maju Bersama.

Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito menuturkan, warga Asmat belum pandai hitung- menghitung. Mereka gampang menderita kerugian. Contohnya, seorang warga ingin menjual ayam jantan seharga Rp 100.000. Ketika pembeli menawar Rp 50.000, justru ayam itu diberikan seharga Rp 40.000. Contoh lain, sebuah ukiran ditawarkan Rp 500.000, ketika ditawar Rp 200.000 langsung diberikan. ”Mereka tidak bisa menentukan harga,” ungkapnya.

Untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, ujar Aloysius, harus dihidupkan transaksi-transaksi yang adil sehingga warga mendapat uang untuk memenuhi kebutuhan. Keuskupan Agats pun mengembangkan Credit Union (CU) untuk modal usaha warga Asmat. Nasabah CU berkembang mencapai 780 orang. Namun, upaya itu tidak selalu mulus. Sebanyak 180 nasabah pinjamannya diputihkan akibat kredit macet. ”Dari hitungan kami sebenarnya mereka mampu mengembalikan. Mereka belum mampu mengelola keuangan,” ujarnya.

Potensi perekonomian Asmat sebenarya besar, misalnya perikanan dan pariwisata. Akan tetapi, potensi yang dimiliki belum digarap dengan baik. Padahal, apabila dikembangkan serius akan menjadi motor yang menggerakkan perekonomian rakyat. Dari kedua sektor itu bisa dibuka usaha mikro kecil, seperti kios cendera mata, restoran, dan usaha perhotelan. ”Bisa dikembangkan paket-paket wisata alam dan budaya. Bisa saja buka paket perjalanan wisata Jayapura-Wamena-Asmat. Asmat ini menarik karena memiliki keunikan yang tidak ada di tempat lain,” ujarnya.

Bupati Asmat Yuvensius A Biakai mengakui Asmat tertinggal dibandingkan dengan wilayah lain, terutama dibandingkan dengan Papua bagian utara. Ia menuding Pemerintah Provinsi Papua kurang memerhatikan wilayah Selatan Papua sehingga kabupaten harus bekerja sendirian. Karena itu, pihaknya mendorong segera dilakukan pemekaran wilayah selatan jadi Provinsi Papua Selatan untuk memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah Selatan. Jika perekonomian wilayah selatan maju, Asmat juga maju. ”Pemekaran Provinsi Papua Selatan itu adalah kebutuhan,” ujarnya.

Yuvensius menarik kondisi kontras Papua bagian utara dengan Papua Selatan sebagai metafor negara-negara Utara dan negara-negara Selatan. Yang tergolong negara-negara Utara itu umumnya kaya dan makmur, sedangkan negara-negara Selatan itu dikelompokkan negara miskin atau negara berkembang. Demi keseimbangan, kearifan lokal yang dikembangkan di Papua, sewajarnya bagian Utara membantu bagian Selatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com