JAKARTA, KOMPAS.com — Mendengar nama Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, warga Jakarta mungkin akan teringat pada lokasi wisata Situ (Setu) Babakan.
Namun, bagi orang Betawi, wilayah ini lebih dikenal sebagai Cagar/Perkampungan Budaya Betawi "Si Pitung".
Perkampungan yang meliputi area seluas 289 hektar, termasuk di dalamnya Setu Babakan, menjadi lebih dikenal karena kehadiran Sanggar Budaya Betawi seluas 8.000 meter persegi yang dikelola Dinas Pariwisata DKI Jakarta. Kompleksnya terletak di Jalan H Mali RT 09 RW 08, Srengseng Sawah, persis di sisi utara Setu Babakan.
Suasana tenang dan asri melingkupi tempat yang diteduhi aneka pepohonan, seperti kecapi, melinjo, dan rambutan. Burung-burung dan tupai tampak berlompatan dengan bebas di dahan-dahan pohon. Pemandangan ke arah selatan pun disejukkan dengan kehijauan Setu Babakan. Tak heran bila lokasi ini kerap dipakai untuk tempat piknik keluarga.
"Suasananya adem, cocok untuk tempat piknik kami yang sudah tua," kata Suhardjono (61), pensiunan TNI Batalyon Mekanis Brigif 201 Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Ia mengaku memilih tempat tersebut karena jauh dari hiruk-pikuk Jakarta dan tempatnya cukup ideal untuk berelaksasi. "Tempat yang tepat untuk membersihkan pikiran dan menikmati ketenangan," ujar seorang temannya menjelaskan pilihan lokasi tujuh keluarga itu.
Di tempat ini terdapat galeri budaya betawi, panggung teater budaya, wisma, mushala, hingga kantor, semua dengan tampilan khas betawi.
Di tempat ini pula terdapat rumah adat Betawi tertua yang ada saat ini yang dimiliki oleh Pak Simin (81).
"Ini (rumah) dibangun sekitar tahun 1918. Sudah direnovasi dengan bantuan pemprov, lantainya keramik," tutur Pak Simin di pendopo rumahnya, Senin (9/5/2011).
Sanggar tersebut dibangun tahun 2000 dan diresmikan setahun kemudian, 20 Januari 2001, oleh Gubernur DKI Sutiyoso. Meski demikian, perencanaannya sudah dimulai sejak masa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin.
"Dulu Pak Ali Sadikin mempertimbangkan tiga lokasi, yaitu Marunda, Condet, dan Situ Babakan, untuk menjadi perkampungan budaya. Setelah dilakukan survei di ketiga lokasi, tempat ini yang dipilih," kata Simin.
Keunggulan Situ Babakan karena, selain masih banyak warga asli Betawi di daerah tersebut, wisata budaya dapat dipadukan dengan wisata alam dan agrowisata. Lingkungan sekitar pun menunjang pengembangan lokasi karena wilayah tersebut merupakan daerah resapan air yang menunjang upaya pengembangan wisata pertanian (agrowisata).
"Hari Senin relatif sepi pengunjung. Ramainya pada hari Sabtu dan Minggu," kata Bang Uci (50), pemilik warung makanan khas Betawi di lokasi itu.
Pertunjukan kesenian Betawi sendiri diadakan setiap hari Minggu, kecuali jika ada acara khusus. "Biasa selama dua jam. Yang ditampilkan salah satu kesenian khas Betawi tiap minggunya, tergantung jadwal dari dinas pariwisata," papar Pak Simin.
Kesenian tersebut di antaranya gambang kromong, tanjidor, tari topeng, lenong, keroncong, kasidah, rebana biang, dan wayang kulit Betawi.
Perkampungan adat Betawi Si Pitung Srengseng Sawah dipilih oleh Pemprov DKI sebagai lokasi pencanangan rangkaian kegiatan perayaan HUT Ke-484 Jakarta. Pencanangan itu akan diresmikan secara langsung oleh Gubernur Fauzi Bowo hari Minggu, 29 Mei 2011 .
Rangkaian kegiatan peringatan HUT Ke 484 Kota Jakarta itu direncanakan berlangsung selama sebulan penuh hingga 29 Juni 2011.
Tak kurang dari 66 acara dan kegiatan telah diprogramkan Pemprov DKI, mencakup agenda hiburan, lingkungan hidup, wisata, ekonomi dan bisnis, hingga olahraga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.