Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mandi Matahari di Kolomenskoye...

Kompas.com - 13/07/2011, 15:42 WIB

Bagunan pertama dan paling manarik disini adalah Ascension Church (1532) yang dibangun dengan material batu berwarna putih sebagai sebuah simbol dan kenangan atas lahirnya seorang calon tsar yang kemudian dikenal dengan sebutan Ivan the Terrible (Ivan IV). Inilah sebuah bangunan pertama di Moskwa menggunakan kolom-kolom model balok.

Selain itu, keunikan gereja ini adalah modelnya yang tidak lazim. Bagian bawahnya melebar dengan beberapa tangga masuk, lalu di bagian tengahnya berarsitek oktagonal dan makin ke atas semakin runcing dengan kubah kecil (tidak berbentuk bawang sebagaimana lainnya). Di beberapa bagian, unsur arsitek setengah bawang (layaknya semua pintu masjid di Indonesia) tetap dipertahankan. Dengan tinggi 62 meter, maka bangunan ini menjadi pencakar langit pertama di Rusia yang kemudian dibaptis UNESCO sebagai warisan dunia pada tahun 1994.

Gereja model balok runcing ini juga dilengkapi dengan menara bel St. George yang tingginya sekitar setengah Ascension Church. Arsitekturnya sangat berbeda dengan gereja, karena berbentuk bundar atau lingkaran dengan kubah kecil setengah bundar di bagian ujungnya. Menara bel ini juga kemudian menyatu dengan bangunan baru yang disebut Gereja St. Goorge (1841) dengan arsitektur yang berbeda dengan gereja induk.

Berada dalam lingkungan inti bangunan ini, pelancong bisa dipastikan akan berdecak kagum atas segala keunikan yang dilihatnya. Dari depan gereja misalnya, terdapat pemandangan gereja yang "aneh" dengan lembah di sebelahnya. Di bagian bawah lembah dengan jelas terlihat aliran Sungai Moskwa yang mengular dengan kapal-kapal wisatanya yang memanjakan penumpang. Di ujung sungai, gedung-gedung apartemen dan pabrik menjulang di semua sisi.

Bila kita melirik ke samping, maka St. George Bell Tower berdiri dengan gagahnya. Seolah menjadi pendamping dan pasangan setia gereja utama. Bahkan pada musim panas, di belakang tower ini digelar atraksi pemukulan bel gereja yang terbuat dari lempengan baja yang berbeda-beda ukuran. Lagu-lagu lama dari Rusia yang dimainkan oleh petugas setiap saat menambah nuansa musim panas disini menjadi lebih bergairah.

Jangan lupa, lingkungan gereja ini juga memiliki dua gerbang utama. Satu di bagian depan dan lainnya mendekati gereja (1672). Arsitek gerbang rupanya disesuaikan dengan gereja utama, berbentuk kerucut dengan aneka ornamen bata merah di tengahnya. Dahulu, bangunan gerbang dalam juga difungsikan sebagai tempat tinggal pegawai, perkantoran dan juga tempat dimana hal-hal penting diputuskan oleh tsar.

Persis di dekat gerbang pertama, terdapat sebuah gereja dengan lima kubah bawang yang dihiasi dengan bintang-bintang emas. Gereja ini dibangun sebagai sebuah monumen kemenangan Rusia dalam mengusir penjajah yang berasal dari Polandia dan Lithuania pada tahun 1612. Gereja yang bentuknya sangat lazim ini awal pembangunannya terbuat dari kayu (1651) namun kemudian direnovasi dan dibangun ulang dengan menggunakan batu (1666-1671).

Taman Kolomenskoye yang terdiri dari hutan, bagunan sejarah, jogging track, sungai dan kebun buah-buahan memilki luas 257 hektar. Pada setiap musim terdapat aneka festival yang bersifat khas kedaerahan. Pada saat matahari mencorong, ribuan orang bertandang kemari.

Untuk mencapai taman tersebut, sebaiknya pelancong naik metro bawah tanah saja. Perjalanan dari pusat kota hanya 15 menit. Turun di stasiun Kolomenskoye lalu jalan menyusuri rindangnya pepohonan selama 10 menit. Di musim panas, Taman Kolomenskoye buka hampir sepanjang hari tanpa ada pungutan biaya, kecuali masuk obyek tertentu.

Nah, sekarang terserah Anda, apakah mau ikut mandi matahari disini, atau malah membuka payung karena takut kulit jadi gelap? (M. Aji Surya adalah diplomat Indonesia di Rusia, ajimoscovic@gmail.com)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com