Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Pura Lingsar Mereka Bersatu...

Kompas.com - 20/07/2011, 08:00 WIB
Sabrina Asril

Penulis

"Sembilan ikan itu sudah ada dari abad ke-17, tidak pernah berkurang. Ini ajaib karena tuna yang biasanya berada di air laut tapi justru bisa hidup di air tawar," ujar Wayan yang merupakan warga keturunan Bali dan Sasak ini.

Menurut keyakinan setempat, jika Anda tidak sengaja melihat ikan tuna itu, Anda akan memperoleh keberuntungan dalam waktu dekat. "Sulit sekali melihat ikan tuna itu. Bahkan orang biasanya beli telur untuk menarik ikan supaya bisa menampakkan diri. Ada juga yang sampai membayar pawang," tutur Wayan.

Selain kolam, terdapat sebuah tempat berdoa yang banyak diletakkan sesajen para umat Hindu maupun Islam yang datang berdoa. Di tempat berdoa yang terbuka itu terdapat sebuah panggung kecil yang di situ diletakkan batu-batu dari Gunung Rinjani yang begitu dihormati warga Lombok.

Di sisi lain, di Kemalik, yang disebut dengan bangunan Batara Ida Bagus Balian, juga terdapat pula sembilan pancuran air untuk membersihkan diri. "Sembilan pancuran itu juga sebagai simbol wali songo. Air ini juga diyakini bisa menyembuhkan segala macam penyakit," ucap Wayan.

Dua Gunung Suci di Pura Gaduh

Berjalan ke bagian atas kompleks Pura Lingsar akan dijumpai sebuah taman cukup luas dengan gerbang masuk berukiran khas Bali yang sangat rumit. Taman inilah yang disebut Pura Gaduh. Pura Gaduh biasa digunakan umat Hindu untuk berdoa sehari-hari ataupun saat perayaan hari besar seperti Galungan dan Kuningan.

"Arsitektur di dalam Pura Gaduh ini 100 persen mencerminkan Bali, dari ukiran hingga kain berwarna hitam putih," ungkap Wayan.

Di dalam taman yang cukup luas ini terdapat tiga bangunan yakni Pelinggih Gunung Agung di sebelah barat yang melambangkan Gunung Agung, Pura Gaduh yang melambangkan kasta tertinggi umat Hindu yakni Brahmana, dan Pelinggih Gunung Rinjani yang melambangkan Gunung Rinjani. "Di Hindu, dua gunung itu dikeramatkan dan disucikan," ucap Wayan.

Umat Hindu biasanya berdoa pada pagi dan sore hari. Pada saat berdoa, pengunjung biasanya tidak diperkenankan masuk ke Pura Gaduh karena dikhawatirkan akan mengganggu konsentrasi sembahyang.

Perang Topat

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com