Wisata sejarah
Selain itu, pulau terluar di Garut ini juga menyimpan bukti sejarah yang menarik untuk dikenang. Tercatat, pada abad ke-18, Belanda membangun pelabuhan dan gudang penyimpanan karet dan teh di Pulau Santolo. Menurut Alex (45), warga setempat, transportasi menuju Pulau Santolo dulu tidak menggunakan perahu kayu, tetapi lori yang kini jejaknya hilang tak berbekas. Bahkan, menurut Alex, dulu ada serdadu Belanda yang ditempatkan di pulau ini. Posnya ada di gua yang ada di selatan pulau.
Bagi pencinta olahraga memancing, Pulau Santolo juga pernah menjadi surga pemancing. Pertengahan tahun 1990-an banyak penyuka pancing laut datang menguji kemampuan memainkan kail. Tempat favorit ada di pintu air dermada dan sepanjang pemecah ombak. Hadi mengatakan, dulu, ikan berukuran besar, seperti baronang atau hiu karang, bekeliaran di sekitar Dermaga Belanda. Akan tetapi, sekarang ikannya mulai berkurang karena ada aktivitas oknum yang menangkap ikan menggunakan racun potas.
”Satu lagi yang tidak boleh dilewatkan adalah aktivitas peluncuran roket yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Tempat ini satu-satunya di Indonesia yang rutin meluncurkan roket untuk beragam kepentingan pemantauan udara dan antariksa. Bila beruntung, kita bisa melihat peluncuran roketnya,” tutur Alex berpromosi.
Berjalan sekitar 100 meter menuju barat pulau, menyusuri tanah setapak dengan dominasi semak dan pohon, seperti beringin, pengunjung akan menemukan jembatan gantung penghubung Santolo dengan Pantai Sanghyang Heulang atau dalam bahasa Indonesia artinya sarang burung elang.
Tepat di bawah jembatan, pengunjung bisa melihat keunikan air terjun (curug) kecil yang dinamakan Curug Cimulang (air yang kembali). Permukaan laut yang lebih tinggi membuat air laut mengalir menuju muara yang permukaannya lebih rendah. Saat surut, hamparan ini terlihat seperti cekungan atau danau karang. Di tengahnya, pengunjung bisa berenang sembari menikmati matahari terbenam di sore hari.
Di pantai sepanjang dua kilometer dengan lebar pasir putih sekitar 50 meter, penyuka olahraga bermotor bisa mempergunakan semacam sirkuit kecil dengan permukaan pasir putih. Wisatawan juga mempunyai tempat yang luas bila ingin bermain bola atau voli pantai.
”Dulu sempat ada penyuka olahraga selancar main di Sanghyang Heulang dan Santolo, tetapi sekarang sudah tidak terlihat lagi,” kata Alex.
Mata lembu
Pengunjung yang ingin menghabiskan waktu lebih lama tidak perlu khawatir. Warga di kedua pantai banyak menyewakan penginapan atau losmen yang bertebaran di sekitar pantai. Anda tinggal memilih mau tinggal di Santolo atau Sanghyang Heulang. Tarif penginapan Rp 50.000-Rp 200.000 per malam. Penggemar wisata kuliner disarankan untuk mencoba makanan khas yang dinamakan mata lembu. Mata lembu adalah makanan olahan dari kerang pantai yang hidup di batu karang. Bentuknya yang bulat dan mirip telur ceplok membuatnya dinamai mata lembu. Cukup menyediakan minimal Rp 100.000, wisatawan bisa menikmati masakan mata lembu sepuasnya.