Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Abad Pabrik Gong Pancasan

Kompas.com - 22/09/2011, 14:12 WIB

Beradaptasi dengan teknologi

Tidak adanya pesaing saat ini bukan berarti Sukarna bisa dengan mudah menghidupkan pabriknya. Di tengah perkembangan teknologi musik yang kian pesat dan canggih, Sukarna harus memikirkan bagaimana supaya alat musik Gamelan Degung bisa tetap bertahan dan dilirik. Karena ketika gamelan degung tidak lagi dimainkan, otomatis permintaan akan berkurang dan mengancam kelangsungan pabrik.

Beruntung ia bisa membuat dua jenis gamelan degung yaitu diatonis dan pentatonis. Sehingga tidak jarang gamelan degung juga dikolaborasikan dengan alat-alat musik modern.

Sukarna sadar usianya kian uzur. Akan tiba saatnya tongkat estafet pabrik diserahkan kepada orang lain. Syukurlan, anak ketiganya, Krisna Hidayat (31), telah menetapkan hati untuk menerima tongkat estafet itu. Krisna berjanji akan mengembangkan usaha pembuatan gong warisan leluhurnya.

"Walaupun pesanan tetap ada, sulit bagi pabrik ini untuk bertahan jika hanya menunggu pembeli. Kita harus menjemput bola. Karena itu saya sudah membeli domain di internet untuk membuat situs pabrik gong ini dan sekarang dalam proses penyelesaian," kata Krisna.

Ia berharap, internet akan membuat pabrik gong ini dikenal tidak hanya di tingkat lokal tapi juga internasional. "Saat ini memang banyak wisatawan asing yang datang untuk melihat proses pembuatan gong, tapi mereka tidak membeli. Itu yang menjadi target saya berikutnya," tambahnya lagi.

Bahan baku

Tidak berhenti di situ, permasalahan bahan baku juga mempengaruhi. Menurut Sukarna bahan baku yang paling baik untuk membuat gong adalah perunggu. Ia mendapatkan perunggu dari campuran timah asal Bangka Belitung dan tembaga.

Hal ini yang membuat harga gong mahal. Untuk satu set Gamelan Degung berbahan dasar perunggu yang terdiri dari Bonang, Saron, Jengglong, satu gong kecil (diameter 50 cm) dan satu  gong besar (ukuran 75-85 cm) membutuhkan waktu pembuatan selama tiga minggu. Sukarna mematok harga Rp 35 juta hingga Rp 40 juta.

Namun dengan harga sebesar, tidak pernah pabrik ini tidak mendapatkan pesanan sama sekali. "Pesanan itu bisa dibilang sedang sedikit atau sedang banyak. Saya tidak ingat pernah mengatakan pesanan itu tidak ada," kata Krisna.

Masih ada masyarakat yang melestarikan budaya musik tradisional, menurut Krisna, membuat pabrik ini tetap berjalan. Tidak jarang pesanan itu datang dari pulau Jawa seperti Lampung, Aceh, Maluku hingga Sulawesi.

Selama masih ada yang memainkan gong dan gamelan degung, maka suara besi tempa di Pancasan masih akan bertalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

Travel Update
Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

Travel Update
Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

Hotel Story
10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

Jalan Jalan
Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Menparekraf Susun Peta Wisata Berbasis Storytelling di Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Travel Update
Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Waisak 2024, Menparekraf Targetkan Gaet hingga 300.000 Wisatawan

Travel Update
3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

3 Bulan Lagi, Penerbangan Langsung Thailand-Yogyakarta Akan Dibuka

Travel Update
Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Jelang Waisak 2024, Okupansi Hotel di Area Borobudur Terisi Penuh

Hotel Story
iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

iMuseum IMERI FKUI Terima Kunjungan Individu dengan Pemandu

Travel Update
9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

9 Wisata Malam di Jakarta, dari Taman hingga Aquarium

Jalan Jalan
Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Jangan Sembarangan Ambil Pasir di Pulau Sardinia, Ini Alasannya

Travel Update
6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

6 Cara Cegah Kehilangan Koper di Bandara, Simak Sebelum Naik Pesawat

Travel Tips
Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Maskapai Penerbangan di Australia Didenda Rp 1,1 Miliar karena Penerbangan Hantu

Travel Update
China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

China Terapkan Bebas Visa untuk 11 Negara di Eropa dan Malaysia

Travel Update
Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Pelepasan 40 Bhikku Thudong untuk Waisak 2024 Digelar di TMII

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com