Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Londo Ireng" dari Afrika, Bukan Ambon!

Kompas.com - 30/09/2011, 11:06 WIB
Zwarte Hollanders, belum lama berselang terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul Serdadu Afrika di Hindia Belanda. Penulisnya Ineke van Kessel. Siapakah serdadu Afrika itu?

“Serdadu Afrika di Jawa dikenal dengan nama Londo Ireng, Belanda Hitam. Mereka direkrut dari Afrika Barat pada abad ke-19, kemudian dibawa ke Hindia-Belanda, dijadikan serdadu dan bergabung dalam KNIL. Status mereka sama seperti serdadu Belanda,” jelas Ineke van Kessel pada Radio Nederland, sebagaimana dilansir situs web radio itu, Kamis (29/9/2011).

Mendengar istilah Londo Ireng, banyak orang menduga yang dimaksud adalah orang-orang Ambon yang bekerja sebagai serdadu Belanda. Memang ada kerancuan dalam hal ini, karena banyak juga orang Ambon menjadi serdadu KNIL. “Hak mereka disamakan dengan hak orang-orang Belanda, oleh karena itu disebut Londo Ireng. Status serdadu Afrika sama dengan status orang-orang Eropa dalam KNIL,” demikian Ineke van Kessel.

Awal kedatangan serdadu Afrika ke Hindia Belanda adalah pada 1831. Mereka direkrut di pantai barat Afrika. Ketika itu di sana ada beberapa pemukiman Belanda yang berfungsi sebagai pusat perdagangan budak. Tapi ketika pada abad ke-19 perbudakan dihapus, pusat-pusat perbudakan yang kita kenal sekarang sebagai Ghana kehilangan fungsi.

Den Haag kemudian mencari kegiatan lain untuk bisa memanfaatkan pusat-pusat itu. Muncul gagasan memakainya untuk mencari serdadu KNIL. Pada waktu itu Belanda kekurangan prajurit Eropa. Peraturan yang berlaku ketika itu, paling sedikit separuh jumlah serdadu harus orang Eropa. Sisanya boleh orang-orang pribumi seperti Maluku, Jawa dan lain-lain. Tapi kuota itu sulit dicapai.

Di samping itu, angka kematian di antara prajurit Eropa pun tinggi. Muncullah gagasan mempekerjakan orang-orang Afrika. Fisik mereka lebih cocok untuk iklim tropis di Hindia Belanda. Maka dibuatlah kontrak dengan Raja Ashanti di Ghana. Belanda boleh merekrut prajurit di sana. Kebanyakan dari mereka adalah bekas budak. Perekrutan berlangsung sampai 1872. Dalam 41 tahun itu sekitar 3000 direkrut sebagai prajurit KNIL.

Mereka itu didapat melalui raja Ashanti. Latar belakang mereka sama dengan budak-budak yang kemudian dikirim ke Suriname. Yang diseleksi adalah laki-laki berfisik kuat, usia antara 17 – 30 tahun. Mereka ditugaskan di seluruh Indonesia.

Karena perekrutan prajurit ini merupakan sebuah eksperimen, maka banyak laporan lengkap mengenai mereka. Dikatakan prajurit-prajurit Afrika ini pemberani, tapi begitu pecah perang, mereka jalan sendiri-sendiri. Susah diatur!

Mereka sebagai prajurit Belanda merasa lebih tinggi daripada orang-orang pribumi. Tapi sikap angkuh ini juga dipupuk oleh Belanda karena jarak sosial dengan penduduk setempat menguntungkan pihak Belanda. Prajurit-prajurit ini juga dikerahkan di Kalimantan dan perang Aceh.

Perempuan Indonesia

Pria antara 20 dan 30 tahun, bertahun-tahun di negara lain, tentunya bergaul dengan penduduk setempat, dengan perempuan Indonesia. “Ya, pasti! Sama dengan prajurit-prajurit Belanda. Tidak jarang mereka bawa perempuan tinggal di tangsi. Ini diperbolehkan oleh komandan mereka. Biasanya pria yang punya istri bersikap lebih dewasa, lebih bertanggung jawab, apalagi kalau punya anak,” demikian jawab Ineke van Kessel pada Radio Nederland.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Pengalaman ke Pasar Kreatif Jawa Barat, Tempat Nongkrong di Bandung

Jalan Jalan
Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Libur Panjang Waisak 2024, KAI Operasikan 20 Kereta Api Tambahan

Travel Update
Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Pasar Kreatif Jawa Barat: Daya Tarik, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Berkunjung ke Pantai Nangasule di Sikka, NTT, Ada Taman Baca Mini

Jalan Jalan
10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

10 Wisata Malam di Semarang, Ada yang 24 Jam

Jalan Jalan
Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com