Oleh: Dahlia Irawati
JAWA Timur menawarkan eksotika kuliner. Kita coba mencicipi soto singkong di Probolinggo dan nasi punel di Pasuruan. Sebuah pengalaman rasa yang unik dan menyenangkan.
Singkong? Benar, dan itulah suguhan soto singkong Bu Rasmo di Desa Tegalkandang, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Soto lazimnya menggunakan daging ayam atau sapi. Namun, soto singkong hidangan Bu Rasmo melibatkan singkong. Konon, dulu singkong lebih mudah didapat oleh rakyat kebanyakan ketimbang nasi.
Desa Tegalkandang berada sekitar 20 kilometer ke arah selatan dari jalan raya menuju Paiton. Lokasi warung berada 20 kilometer ke arah selatan menuju Desa Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Jika telah memasuki wilayah Desa Tegalkandang, cobalah cermati papan penunjuk Warung Soto Singkong Bu Rasmo. Warung soto berukuran sekitar 4 meter x 5 meter ini hanya memiliki sebuah meja besar dengan beberapa bangku kayu sebagai tempat duduk. Cukup sederhana.
Hidangan soto singkong terdiri dari irisan lontong, beberapa sendok tumbukan singkong rebus, kikil sapi, serta kuah soto kekuningan. Guna menambah rasa gurih, kita bisa menambahkan koya yang berupa bubuk terbuat dari parutan kelapa, tumbukan kerupuk udang, dan bawang putih.
Rasa gurih dari bumbu soto memang tidak jauh berbeda dengan soto-soto lainnya. Namun, ada satu hal yang akan terus melekat di lidah dan terekam di pikiran, yaitu rasa singkong. Bagi yang belum terbiasa makan singkong, mungkin soto singkong ini akan cukup ”berat” di perut.
”Tambahan singkong inilah yang membedakan soto di sini dengan di tempat lain. Seperti ada citarasa berbeda dan serasa semakin nikmat. Itu sebabnya saya menyukai menu soto singkong ini,” tutur Ali, pelanggan soto singkong asal Kraksaan.
Soto Singkong Bu Rasmo yang buka sejak tahun 1975 ini ikut mewarnai kuliner di Probolinggo. Bu Rasmo meneruskan usaha yang dirintis nenek dan ibunya. Soto singkong semacam ini bisa dijumpai di beberapa daerah di Probolinggo, seperti di Kecamatan Paiton.
Pelanggan soto singkong Bu Rasmo berasal dari berbagai daerah, seperti Surabaya, Besuki, Probolinggo, Jember, dan kota-kota lainnya. ”Pak bupati juga kadang minta dibungkuskan soto singkong ini melalui pak camat,” ujar Bu Rasmo (55).
Menu spesial tambahan berupa singkong tumbuk, menurut Bu Rasmo, memang menjadi kunci keistimewaan sotonya.
Tidak ada bumbu berbeda dalam racikan soto tersebut. Hanya saja tambahan singkong menjadi pembeda rasa dari soto-soto lain.
”Rasa enak di soto saya ini ya dari tambahan singkong itu. Pernah mencoba menghilangkan singkongnya, tapi justru rasanya tidak enak dan banyak pelanggan meminta diberi singkong lagi,” kata perempuan berlogat Madura tersebut.
Harga semangkuk soto singkong Rp 7.500 per porsi. Dengan harga relatif murah itu, soto Bu Rasmo dilanggani mulai petani, pelajar hingga pejabat.
Nasi punel Bangil
Nasi punel adalah salah satu menu favorit di sepanjang pantai utara Jawa Timur, khususnya di Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Warung Nasi Punel Bu Lin di Jalan Jaksa Agung Suprapto (depan Telkom Bangil) merupakan salah satu pilihan lokasi untuk menikmati nasi punel Bangil. ”Disebut nasi punel karena nasinya berasal dari beras pilihan yang terbaik sehingga kalau dimasak menjadi pulen (empuk),” ujar Sanuri (30), anak Bu Lin yang turut meneruskan usaha itu.
Racikannya lebih mirip nasi campur yang berisi paduan nasi putih dengan beraneka ragam sayur dan lauk. Sayur dan lauk pengisi menu nasi punel terdiri dari sayur nangka yang dimasak mirip gudeg serta sayur tahu tempe bumbu merah.
Masih ada pelengkap hidangan nasi punel, antara lain, serundeng, sambal campur kacang potong pedas, dan lentho yang terbuat dari tempe dibulatkan. Kemudian ada pula tambahan botok parutan kelapa bercampur udang dan bawang putih yang rasanya manis, serta dilengkapi lauk daging sapi.
Aneka sayur dan unsur pelengkap itu memberi sensasi rasa yang penuh warna. Pertama, sensasi rasa nasi putih yang empuk, yang disengat sambal pedas. Datang kemudian kesegaran dari potongan kacang panjang. Datang juga rasa manis dari serundeng. Benar-benar sensasi rasa tersendiri di dalam mulut.
Bu Lin atau nama aslinya Bu Sataka (60) sudah berjualan nasi punel sejak tahun 1980. Awalnya ia menjajakan nasi punel dengan dari rumah ke rumah. Usaha kemdian berkembang hingga akhirnya memiliki warung di jalur utama pantura Jatim.
Pelanggan Bu Lin datang dari berbagai kalangan, termasuk para pejabat. Warung Bu Lin, yang buka sejak pukul 06.00 hingga pukul 22.00, dalam sehari menghabiskan satu kuintal beras untuk melayani pelanggan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.