Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata, Pilar Ekonomi Raja Ampat

Kompas.com - 22/11/2011, 11:26 WIB

Yusdi menjelaskan, pemerintah ingin masyarakat berperan dalam industri ini, sehingga kesadaran harus dibentuk dan dimulai dari kampung. Dampak pariwisata tak dapat langsung terlihat, tetapi bersifat ikutan. ”Memang tidak gampang mengubah pola pikir masyarakat nelayan. Namun, sedikit demi sedikit masyarakat mulai menyadari pariwisata adalah potensi terkuat Raja Ampat,” ujarnya.

Perlahan namun pasti, industri pariwisata kian berkembang di Raja Ampat. Dua tahun lalu, turis asing yang datang hanya sekitar 2.000 orang, tapi tahun 2010 mencapai 3.855 orang. Untuk tahun ini, sampai Oktober, sudah mencapai 6.000 orang. Wisatawan asing umumnya berkunjung pada akhir tahun, yakni Oktober-Desember.

Indikator lainnya, bertambahnya penginapan dari semula satu resort kini menjadi tujuh resort dan lima home stay di kampung wisata. Demikian juga jumlah kapal pesiar, alternatif wahana eksklusif menikmati Raja Ampat, meningkat dari 12 kapal menjadi 36 kapal dalam waktu tiga tahun. Tahun lalu, sebanyak 568 turis berwisata dengan kapal pesiar mengitari perairan Raja Ampat.

Namun, sumbangan industri pariwisata belum signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Raja Ampat. Sebab, pemda belum mengoptimalkan pendapatan dari pajak hotel, rumah makan, pajak orang asing, serta pajak investor asing yang berusaha di wilayahnya. Tahun 2010, pendapatan yang dihitung dari penjualan PIN, yakni bukti retribusi wisata, sekitar Rp 1,2 miliar atau 0,2 persen dari total PAD kabupaten, Rp 653 miliar.

Yusdi mengakui, pemda juga belum menghitung nilai ekonomi dampak ikutan dan perputaran uang akibat berdenyutnya industri pariwisata Raja Ampat. Retribusi PIN masih dijadikan andalan untuk PAD sektor pariwisata. Dari retribusi Rp 500.000 bagi turis asing, sebesar Rp 150.000 masuk PAD, sisanya diperuntukkan kegiatan konservasi (40 persen), pemberdayaan masyarakat kampung wisata (40 persen), dan operasional usaha pariwisata daerah (20 persen). Bagi turis domestik, retribusinya Rp 250.000.

Komitmen

Sebagai Bupati, Marcus Wanma terbilang berani mengambil risiko sekaligus cerdik. Keindahan alam bawah laut di perairan Papua sebenarnya merata, tapi Marcus lebih sigap mempromosikan lebih awal Raja Ampat sebagai tujuan wisata bawah laut. Pemda juga berani membuat acara promosi wisata dengan biaya Rp 3,4 miliar. Dengan komitmen menghidupi 42.508 penduduknya di 24 distrik, dia yakin pariwisata menyejahterakan daerahnya.

Untuk mewujudkan industri pariwisata bahari, pemda punya komitmen jangka panjang. Dengan menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2011 tentang pengembangan wisata selam rekreasi Raja Ampat, dan Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2011 tentang tata cara pendaftaran usaha pariwisata. Kedua aturan ini jadi acuan pengelolaan usaha kepariwisataan yang akan memberikan kontribusi PAD dan menciptakan iklim investasi kompetitif.

Dalam peraturan itu juga dibahas tata cara menyelam, syarat lokasi selam, aturan keselamatan menyelam, peredaran kapal wisata di Raja Ampat, pelestarian lingkungan, dan sanksi bagi operator wisata yang melanggar. ”Mungkin kami satu-satunya kabupaten yang sudah punya peraturan tentang rekreasi selam dan wisata bahari,” ujar Yusdi. Semoga komitmen ini terus terpelihara sehingga tak tergoda dengan pertambangan. (Timbuktu Harthana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com