Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Bali Mendunia dengan Menyusuri Asia dan Pasifik

Kompas.com - 24/11/2011, 14:58 WIB

Perjalanan seni memasuki ruangan pertama di Museum, Ruangan Indonesia, dimulai dengan sebuah lukisan langit-langit besar gaya Kamasan Tua di Bali oleh Pan Seken, diikuti oleh beberapa gambar oleh Ida Bagus Nyoman Rai, salah satu dari beberapa pelukis Bali pada tahun 1930-an yang menggambarkan peristiwa-peristiwa bersejarah di sekitar desanya.

Ida Bagus Nyoman Rai tinggal di Sanur dan karyanya meliputi penggambaran paus terdampar dan dokumentasi peristiwa selama pendudukan Jepang. Ida Bagus Nyoman Rai berteman baik dengan seniman Swiss Theo Meier, yang kemudian menjadi pelindung pertamanya yang paling setia.

Meier adalah seorang seniman dengan karakter berwarna warni sebagaimana karya lukis minyak yang dia lukis di atas kanvas. Ida Bagus Nyoman Rai menyewa pondok gunung Walter Spies 'di Iseh, Karang Asem dimana kesenangan dan keahliannya dalam hal budaya, kuliner dan pergaulan, menjadi hampir sama legendarisnya dengan karya artistiknya.

Seniman kontemporer yang tampil di Pasifika di Ruangan Indonesia ini termasuk Nyoman Gunarsa, salah satu seniman terkenal Bali. Lukisannya, yang telah mempengaruhi banyak seniman muda baik di Bali dan Indonesia, mengeksplorasi kekayaan budaya Bali, dari cerita rakyat, upacara tradisional dan tari, dengan alam yang subur Bali.

Di Ruangan Indonesia ini juga dapat kita temukan Bapak Seniman Indonesia, Raden Saleh dengan karya terkenalnya “Berburu Harimau” (tiger hunt) dan “Potret Pangeran Ari” (portrait of Prince Ari, the Dutch East Indies Governor), juga “Potret Pangeran Al Qadri”. Tidak lupa juga karya para seniman Indonesia yang sudah mengharumkan Indonesia di mata asing seperti Affandi, Dullah, H. Widayat, Sudarso, Hendra Gunawan dan lain-lain.

Memasuki ruangan kedua di Museum Pasifika, Ruangan Itali, kita dapat menyaksikan lukisan dari pelukis Italia paling bergengsi dengan goresan minyak di atas kanvas yang luar biasa, menggambarkan seorang penari legong Bali. Lukisan ini dibuat pada tahun 1939 oleh Romualdo Locatelli yang karyanya sudah dikoleksi oleh Mussolini dan Paus di Roma. Lukisan ini merupakan salah satu dari sangat sedikit karya seni Locatelli yang tidak hancur dalam pemboman rumahnya pada tahun 1945 setelah artis itu sendiri terbunuh di Filipina selama Perang Dunia II.

Meninggalkan ruangan Itali, kita memasuki zaman kolonial Belanda. Dapat dilihat karya seni artis Eropa pertama yang mengunjungi Bali bernama WOJ Nieuwenkamp, yang dijuluki 'petualang' karena pada awal abad ke-20 ia melakukan perjalanan di seluruh Bali dengan sepeda, dan membuat sketsa adegan apa saja yang dilihatnya.

Sekelumit cerita menarik tentang Nieuwenkamp dituangkan dalam gambar dimana dia sedang menunggangi sepeda dengan roda berbunga-bunga di sebuah batu ukiran pada dinding candi Pura Meduwe Karang, Kubu Tambahan, Bali Utara. Sampai saat ini, prasasti bergambar pria asing bersepeda ini masih bisa dilihat di pura tersebut.

Di ruangan Belanda ini dapat juga kita saksikan karya-karya seni bersejarah dari Isaac Israel, Charles Sayer, Hendrik Paulides, W.G Hofker, Auke Sonnega, dan juga Arie Smit yang lahir pada tahun 1916 dan sampai saat ini masih hidup, menetap di Ubud. Juga dipamerkan dalam ruangan 'Seniman Belanda di Indonesia' ini adalah Rudolf Bonnet, yang merupakan salah satu seniman asing yang paling berpengaruh Bali.

Rudolf Bonnet adalah kekuatan pendorong dalam seni modern Bali, dan pada tahun 1936, mendirikan Gerakan Seni Pita Maha dengan Walter Spies, Gusti Nyoman Lempad dan Cokorda Gede Agung Sukawati. Gerakan ini didirikan untuk menjaga kualitas seni Bali, yang terlihat mengalami penurunan tajam sejak kedatangan wisatawan asing pertama di awal 1930-an.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com