Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Bali Mendunia dengan Menyusuri Asia dan Pasifik

Kompas.com - 24/11/2011, 14:58 WIB

Ruangan keempat mewakili seniman Perancis di Indonesia. Sesuai dengan ukuran ruangannya yang relatif kecil, tidak terdapat banyak pengaruh seniman Perancis di Indonesia dan Bali karena mereka sebagian besar mengunjungi wilayah jajahan Perancis.

Namun, Gabrielle Ferrand adalah seorang seniman dan wartawan Perancis yang berkeliling nusantara pada awal tahun 1920. Juga terdapat karya pelukis wanita Lea Lafugie yang mengadakan perjalanan sampai ke Kalimantan untuk menggambarkan kehidupan suku Dayak di zaman itu.

Memasuki Ruangan Indo European, yang mewakili seniman dari seluruh dunia dalam satu ruangan, pengunjung disambut oleh karya seni Pelukis asal Brussels, Belgia, Adrien Jean Le Mayeur, yang tiba di Bali pada tahun 1932, dan menikahi modelnya, Ni Pollok, seorang penari legong terkenal.

Rumah mereka di Sanur telah dilestarikan sebagai Museum Le Mayeur, dan karyanya di Pasifika diwakili dengan sebuah lukisan besar dengan panjang dua meter, serta beberapa pastel. Nama besar Le Mayeur dengan istrinya yang cantik, serta kedekatan mereka dengan Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, diabadikan lewat foto dokumentasinya yang dapat dilihat di ruangan ini lengkap dengan surat tulisan tangan dari Soekarno sendiri untuk Le Mayeur.

Tidak kalah terkenalnya dalam mengharumkan nama Bali adalah seniman asal Meksiko Miguel Covarrubias. Sejarahwan, ilustrator, kartunis, etnolog dan seniman ini menulis buku, "Island of Bali ', yang berkontribusi melambungkan popularitas Bali pada tahun 1930-an di New York.

Lukisan ikoniknya dengan judul “Lumbung Padi Bali” dengan dua model gadis Bali di depan lumbung (seperti yang terlihat dalam edisi 1937 dari bukunya) dapat diamati terpampang pada media lukisan tidak transparan, dan enam lithografi peta Asia Pasifik, yang pertama kalinya menempatkan Pasifik sebagai pusat dunia, bukan Eropa atau Amerika Utara.

Miguel bersama istrinya Rossa saat itu juga memproduksi film dokumenter yang menggambarkan Bali di tahun 1930-an. Buku dan film dokumenter ini banyak menginspirasi para pengunjung dan seniman asing saat itu untuk mengunjungi Bali dengan keunikan seni budayanya.

Seorang sahabat bagi Bali, seniman asal Australia, Donald Friend yang merupakan penyusun gambar sketsa terkemuka, penulis buku harian, printmaker dan pelukis, dikagumi karena bakatnya dalam memainkan paduan warna, di samping kepekaan dekoratif dan penggambaran yang terampil tentang figur manusia, khususnya sosok laki-laki.  Donald Friend menetap di Bali dari tahun 1968 sampai 1980.

Tidak hanya karya seni yang melukiskan Bali dan Indonesia tempo dulu, setengah bagian dari Museum Pasifika juga memamerkan karya seni ternama dari Indochina (Vietnam, Laos, dan Kambodja), negara-negara di Asia seperti China, Jepang, Thailand, serta Filipina. Pengunjung Pasifika Art Museum juga dimanjakan dengan pameran objek-objek seni utama dari Pasifik dengan koleksi patung dan 'tapas' Oceania yang terpajang di atas kulit kayu.

Museum Pasifika terletak di BTDC Area, Blok P Nusa Dua, Bali. Mereka yang berminat mengunjungi museum ini bisa mendapatkan informasi lebih lanjut dengan menghubungi +62 361 774 935 atau mengunduh www.museum-pasifika.com

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com