Disepakatilah akhirnya, anak-anak boleh ikut menghiasi pohon cemara di rumah nenek kakeknya. Tapi di tempat tinggal kami, ajaran yang berlaku juga kami minta agar orangtua Kang Dadang bisa menghargainya. Kami adalah pasangan yang beruntung, dari mulai anak pertama hingga si bungsu, cukup arif keduanya memahami perbedaan tersebut. Mungkin juga karena kami tak pernah melarang mereka berpartisipasi menyenangkan budaya Natal bagi pihak keluarga ayahnya. Tak pernah mereka protes soal tak mendapatkan kado, atau iri karena rumah teman mereka terhias memikat semarak oleh hiasan Natal. Setiap hari Idul Fitri tiba, keduanya tak sabar untuk segera mengenakan baju muslim mereka, melakukan shalat dengan gerakan fasih dan menunggu kado lebaran yang tidak hanya datang dari orangtuanya namun juga dari nenek kakek perancis dan indonesianya.
Merayakan bersama keluarga tradisi Natal, selalu menyenangkan hati keluarga suami. Maklum saja, cucu mertua saya hanya anak kami berdua. Jadilah setiap tanggal 25 Desember, Adam dan Bazile, bagaikan berenang dalam kado! Karena limpahan bingkisan yang harus dibukanya bukan main banyaknya. Padahal pesanan yang diminta selalu tak lebih dari dua. Tapi kenyataannya, bungkusan yang diterima membuat mata keduanya berbinar dan menjerit kesenangan!
Kue Nastar jadi favorit keluarga
Sudah tiga tahun belakangan ini, di keluarga suami, hadiah Natal hanya diperuntukkan bagi anak-anak saja. Rasanya terlalu banyak uang yang dihamburkan hanya untuk sebuah benda. Saya mencoba memberikan ide, agar setiap Natal, bila ingin memberikan sesuatu baiknya yang bisa dimakan dan buatan sendiri. Nah, sudah beberapa tahun ini, layaknya tradisi lebaran yaitu kue kering untuk bingkisan Natal, saya lakukan.
Pertama kali memberikan bingkisan kue dalam toples dengan motif cantik tentunya, membuat keluarga Kang Dadang, ketagihan. Bukan saja mereka sangat menyukai kue ciri khas lebaran saya, tapi karena tempatnya bisa berguna untuk menaruh makanan lainnya. Jadilah setiap tahun belakangan ini, berbagai jenis kue saya coba praktikkan. Kue nastar selalu jadi favorit keluarga, tahun ini rencana saya membuat kue sagu. Tapi malang tepung itu tak bisa saya temukan. Namun berkat ide teman-teman FB saya, tepung itu bisa saya gantikan dengan tepung tapioka. Tak ada batang ranting pun jadi, benar kan?
Bila dulu Natal identik dengan pusingnya kepala saya memikirkan kado yang tepat untuk setiap anggota keluarga, kini terasa lebih mengasyikkan dengan tangan saya yang mengolah bahan menjadi suatu makanan, hadiah Natal. Memang di tahun yang krisis seperti ini, menurut saya lebih cocok jika hadiah pun terseleksi. Hadiah Natal buatan tangan bukan saja lebih unik namun lebih pribadi kesannya.
Kepada pembaca yang merayakan Natal saya ucapkan selamat Natal dan juga selamat Tahun Baru kepada semua pembaca. Sampai tahun depan... (DINI KUSMANA MASSABUAU)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.