Sebelumnya Partai Gerindra, yang memiliki 6 kursi di DPRD DKI, menyodorkan nama Basuki Cahaya Purnama, mantan Bupati Belitung Timur nan sukses, sebagai pendamping Jokowi. Tentang pria yang akrab dipanggil Ahok ini, baik Trimedya maupun Tjahjo mengatakan, DPP PDI-P belum memutuskan.
”Kami masih menghitung dampak Jokowi disandingkan dengan Ahok,” kata Tjahjo.
Ahok, yang dihubungi kemarin, mengaku pasrah. ”Memang saya diusulkan Partai Gerindra, tetapi kan tergantung PDI-P. Kalau PDI-P memilih Jokowi, belum tentu saya menjadi pasangan Jokowi meski kami dalam satu pertemuan merasa sudah ketemu chemistry-nya satu sama lain,” ucap Ahok.
Dua pengamat politik, Andrinof Chaniago dari UI dan Doktor Siti Zuhro dari LIPI, berpendapat, dalam Pilkada DKI kali ini, figur yang bisa menandingi Fauzi Bowo cuma Jokowi.
Menurut kedua pengamat, calon dari Partai Golkar, Alex Noerdin yang dipasangkan dengan Nono Sampono tingkat elektabilitas dan popularitasnya jauh di bawah Jokowi.
”Pilkada bukan cuma soal profil atau sosok calon, melainkan mesin-mesin politik yang mampu mendekatkan calon dengan pemilihnya. Mengandalkan dukungan warga DKI secara individual masih sulit untuk saat ini,” kata Chaniago.
Yang harus menutup kelemahan sosok Jokowi adalah parpol pendukungnya. Ia berpendapat, satu-satunya parpol yang bisa diandalkan jadi mesin politik mememenangi pertarungan Pilkada DKI adalah PKS.
”Jadi idealnya, ada koalisi PKS-PDI-P dan kawan-kawan mengusung Jokowi dan pasangannya,” kata Chaniago.
Sementara itu, PKS hingga Sabtu malam masih melakukan pembahasan. PKS sebelumnya memilih Triwisaksana sebagai calon gubernur. ”Masih dalam pembahasan Dewan Pimpinan Pusat,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PKS DKI Jakarta Slamet Nurdin, kemarin.