Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maret-April Paling Tepat Gowes di Sulawesi

Kompas.com - 29/03/2012, 07:34 WIB

Kami tinggalkan Padapu yang permai sekitar pukul 08.00. Angin menerpa wajah saat sepeda meluncur di aspal. Rasanya  menyegarkan.

Ocat mengayuh sambil bernyanyi-nyanyi. Di jalanan yang lengang itu kami merasa leluasa untuk bermain dengan sepeda. Di jalanan menurun saya bentangkan kedua tangan dan membiarkan sepeda meluncur sendiri. Rasanya menyenangkan sekali. Kami berempat merasa bebas, seperti burung elang yang membentangkan sayapnya di langit. Seperti anak-anak yang dibiarkan ibunya bermain sepeda kemanapun mereka mau.

Kami harus sering-sering berhenti untuk memotret karena pemandangan ke arah Teluk Tomini  sangat indah. Sepanjang jalur Tagolu-Ampana, jalanan menyusuri pantai yang landai. Terkadang jalan meniti batu karang yang terjal.

Sekitar sepuluh meter dari pantai, lautan dalam menciptakan warna biru yang kelam. Di beberapa pantai berpasir putih, lautnya berwarna kehijauan. Dari garis pantai, hutan lebat seperti permadani yang menutupi bukit.

Siang hari kami memasuki Desa Taponamba, Kecamatan Ulubongka. Selepas desa itu terdapat jembatan Sungai Bongka yang disebut-sebut terpanjang di Sulawesi Tengah. Air sungai yang jernih kehijauan mengalir deras hingga mendekati muara.

Kami lalu mendaki punggungan besar keluar dari lembah Sungai Bongka. Dari ketinggian, pandangan saya terpaku pada lereng yang terkelupas kehijauannya, menyisakan kayu berserakan.

Perambahan hutan merajalela di kawasan Ulubongka sejak pemekaran wilayah Kabupaten Touna pada 2004. Padang sabana yang berada di lereng bukit sudah lebih dulu hilang dan berubah menjadi ladang jagung. Kini warga merambah hutan hingga ke puncak-puncak bukit.

Lepas dari Ulubongka, jalanan terputus oleh sungai kecil. Namun kendaraan masih bisa menyeberanginya.

Warga suku Ta, suku asli yang mendiami kawasan Ulubongka, menyebut sungai itu Ue Fo'u. Artinya, kami meminta air lagi.

Pada musim kemarau, sungai itu mengering sehingga warga mengadakan ritual khusus untuk meminta sungai itu tetap mengalir. Musim hujan seperti sekarang, air meluber hingga ke jalanan yang lebih rendah dengan kedalaman hingga sebetis orang dewasa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com