Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajahi Romantisme Bengkulu

Kompas.com - 14/04/2012, 16:22 WIB

Keesokan harinya, Sabtu pagi di Kota Bengkulu, saya merasa bersemangat untuk menggali lagi wisata-wisata yang ada di kota ini. Saya mulai petualangan saya hari ini dengan mengunjungi replika rumah Ibu Fatmawati Soekarno yang merupakan first lady pertama Indonesia. Terletak di Jalan Fatmawati nomor 10, rumah ini menyimpan barang-barang peninggalan Ibu Fatmawati, termasuk mesin jahit bekas menjahit bendera merah putih. Selain mesin jahit, bangunan rumah panggung kayu ini juga menyimpan banyak perabotan peninggalan Ibu Fatmawati, seperti tempat tidur, meja rias, kebaya, dan juga foto-foto.

Sekitar 600 meter dari Rumah Ibu Fatmawati saya berjalan menuju bekas rumah tempat pengasingan Bung Karno. Sebelum dijadikan tempat pengasingan Bung Karno pada tahun 1938-1942, bangunan seluas 4 hektar ini dulunya adalah rumah pribadi milik saudagar Tionghoa bernama Tang Eng Cian. Rumah ini sekarang hanya difungsikan sebagai tempat wisata sekaligus tempat pemeliharaan buku-buku koleksi Bung Karno. Di sini terdapat ratusan judul buku asli yang pernah dibaca Bung Karno, mulai dari politik, agama, sampai kesenian. Di rumah ini juga terpajang sepeda tua Bung Karno serta kumpulan kostum bekas teater Monte Carlo yang digubah Bung Karno.

Puas berwisata sejarah, saya ingin relaksasi sejenak. Di Kabupaten Rejang Lebong sekitar 3 jam perjalanan dari kota Bengkulu, tepatnya di Curug terdapat pemandian air panas bernama Suban Air Panas. Tempat ini lumayan unik, karena dikelilingi oleh tebing-tebing yang tinggi serta ada dua air terjun yang bisa dinikmati. Selain itu, obyek wisata ini juga menyimpan kisah gaib yaitu Batu Menangis. Konon, zaman dahulu, Putri Slongka menangis di batu ini mengenai nasib perjodohannya. Dulu batu ini selalu digenangi air, namun sejak tahun 1996 secara ajaib air yang selalu menggenangi batu ini lenyap begitu saja.

Puas berbincang dengan Pak Surya Johan mengenai Batu Menangis, saya berganti baju dan mulai berendam di kolam air panas, wuih segar. Setelah segar berendam, saya pun kembali ke tempat saya menginap, Hotel Santika di Kota Bengkulu. Sesampainya di hotel, saya berbelok ke Serunai Restaurant untuk bersantap malam sambil mendengarkan live music yang digelar setiap hari sabtu. Saya memesan menu andalannya yaitu Sop Buntut.

Hari Minggu yang merupakan hari terakhir saya di Bengkulu saya habiskan untuk mengeksploarasi tempat saya menginap, yaitu Hotel Santika. Bangunan 6 lantai yang terletak di kawasan Sawah Lebar ini baru dibuka sekitar bulan November 2011 lalu, namun sudah menjadi salah satu pilihan utama wisatawan. Banyak fasilitas yang ditawarkan oleh Hotel Santika ini, dari mulai ruang meeting, restoran, gym center, sampai ke kolam renang. Kamar-kamar yang disediakan juga sangat nyaman dengan dilengkapi LCD TV, AC, air panas, dan WiFi I setiap kamar.

Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke suatu daerah namun tidak membawa buah tangan. Di kota Bengkulu terdapat kawasan penjualan oleh-oleh di daerah Simpang Lima tepatnya di kawasana penurunan. Banyak ragam cindera mata yang bisa anda bungkus untuk dibawa pulang. Saya memilih toko Cita Rasa untuk tempat saya menghabiskan uang membeli oleh-oleh. Beragam makanan seperti perut punai, Lempuk, Kue Tart Bengkulu tersedia di sini. Saya sendiri sampai kalap membeli makanan untuk cemilan di rumah dan juga batik basurek. Batik Basurek adalah kain khas Bengkulu. Harganya cukup murah, ada yang Rp 50.000 per meter, ada juga yang Rp 100.000 per meter.

Sudah banyak oleh-oleh di tangan saya. Sebelum penerbangan pulang, saya menyempatkan diri saya untuk mengunjungi Danau Dendam Tak Sudah. Namanya memang seram, namun pemandangan dan suasana di sekitar Danau sangat memukau mata saya. Di sekitar danau ini terdapat gazebo-gazebo bamboo tempat kita duduk menikmati pemandangan danau sambil menyeruput air kelapa muda dan jagung bakar yang dijajakan di susuran danau ini. Menjelang sore, banyak warga yang menikmati danau ini bersama saya. Wuih, nikmat sekali. (Fitri Oktarini/Yoshef Wisnu/Citrakalam Misiani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com