“Kampung saya di Padang, kalau pulang kampung ke Padang dari Jakarta, pasti bawanya Dodol Picnic,” ungkapnya.
Masuk ke dalam pabrik yang luas tersebut, pemandangan pertama adalah kuali-kuali besar berisikan adonan dodol. Nandi menuturkan setelah persiapan bahan, barulah tahap pengadukan adonan dodol selama empat jam.
Ada 12 wadah pengadukan dengan masing-masing wadah berisikan satu jenis rasa. Tahap kedua barulah pemasukan minyak nabati dan minyak hewani. Selanjutnya proses pendinginan selama 12 jam dan proses aging selama satu malam.
Dodol kemudian dipotong dan dilakukan pembungkusan secara manual. Nah, di bagian pembungkusan kembali, pengunjung dapat melihat langsung tangan-tangan terampil para ibu membungkus dodol. Sementara para lelaki tak mau kalah, dengan cepat membuat kotak-kotak kemasan.
“Mulai tahun 2012 ini, kami ada produk-produk baru seperti dodol rasa wijen atau jahe madu, lalu dodol rasa buah-buahan,” kata Nandi.
Pihak Dodol Picnic tengah membuat tempat khusus agar pengunjung dapat menikmati langsung dodol yang baru jadi. Sayangnya, pihak Dodol Picnic baru sebatas menawarkan pengunjung untuk melihat proses pembuatan. Sedangkan untuk kelas memasak dodol belum ada.
Nandi mengungkapkan pihaknya memang ada rencana untuk membuka kelas memasak dodol. Kita tunggu saja rencana ini, sehingga suatu hari pengunjung bisa merasakan sesaat menjadi noni-noni Belanda yang belajar membuat dodol di Garut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.