Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahu, Kenapa Biaya Berobat Mahal dan Komersil?

Kompas.com - 26/06/2012, 06:41 WIB

Mempersiapkan dokter umum

Dalam setahun, setidaknya ada 5.000 dokter dihasilkan dari 72 fakultas kedokteran yang ada di seluruh Indonesia. Permasalahannya adalah para calon dokter itu belum disiapkan untuk menjadi dokter pelayanan primer.

Menurut Gatot, sistem pendidikan kedokteran saat ini berbeda dengan zaman dulu, yang begitu lulus diharuskan masuk pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Dengan demikian, apa yang dilatih sewaktu di pendidikan kedokteran betul-betul pengetahuan yang dibutuhkan untuk Puskesmas.

Tapi, sekarang ini kelemahan sistem pendidikan kedokteran di Indonesia adalah, para calon dokter tidak tahu arah mereka bekerja setelah lulus. Dari 5.000 dokter yang lulus setiap tahunnya, tidak semuanya tertampung di puskesmas (hanya 20 persen), sementara sisanya mencari tempat sendiri, seperti klinik atau mengambil spesialis atau subspesialis supaya bisa survive.

"Sistem pendidikan kedokteran harus dibuat suatu setting sehingga orang yang lulus jadi dokter itu betul-betul menjadi dokter pelayanan primer," ucapnya.

Menurut Gatot, saat ini ada sekitar 60 ribu dokter umum. Untuk mendukung BPJS, kata dia, seharusnya ada regulasi dan niat pemerintah untuk mengangkat 60 ribu orang dokter ini, baik dari sisi kompetensi dan penghargaan.

"Sebab, kalau tidak ada mereka, siapa yang jadi ujung tombak BPJS ini," ujarnya.

"Ini yang harus diubah, bahwa kebutuhan masyarakat itu adalah pelayanan primer yang bisa ditangani oleh dokter umum. Dokter umum harus disebarkan ke seluruh tanah air," tambahnya.

Terkait masalah distribusi dokter yang selama ini tidak merata dan masih berpusat di kota-kota besar, IDI mengusulkan agar pemerintah membuat suatu Indeks Praktek Geografi. Artinya, apabila dokter ditempatkan di daerah tepencil, mereka harus mendapat poin lebih tinggi ketimbang teman sejawat mereka yang bertugas dikota.

"Setiap orang ingin lebih baik, jadi bukan hanya pendapatan yang mereka butuhkan, tetapi juga dukungan untuk hidup layak," tegas Gatot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com