Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kamoro dan Pesan Kultural "Maramowe"

Kompas.com - 01/08/2012, 15:10 WIB

Mata Thimotius Samin Tayareyau (62) berbinar-binar saat memasuki halaman Bentara Budaya Jakarta, Senin (30/7/2012) malam. Penerbangan Timika-Jakarta yang baru saja ditempuhnya selama 7 jam sama sekali tak membersitkan tanda-tanda kelelahan pada wajahnya.

Selama enam hari, mulai Selasa (31/7/2012) hingga Minggu (5/8/2012), Thimotius bersama tujuh pengukir lainnya dari suku Kamoro memamerkan karya-karyanya di Bentara Budaya Jakarta (BBJ). ”Ini kesempatan untuk lebih mengenalkan Kamoro, salah satu suku asli Papua,” ujar tokoh masyarakat suku Kamoro ini.

Sebelumnya, acara serupa bertajuk ”Pekan Ragam Papua: Orang Kamoro” telah digelar di Bentara Budaya Bali, sejak 22 Juni hingga 1 Juli lalu. Acara ini diprakarsai Papua Center FISIP Universitas Indonesia yang didukung PT Freeport Indonesia.

Tujuh pengukir yang menyertai Thimotius merupakan generasi muda berusia rata-rata 30 tahun. Mereka adalah sedikit pria muda Kamoro yang tertarik menekuni seni ukir.

”Saya yakin seni ukiran Kamoro berkembang di tangan anak-anak muda ini,” ujarnya. Mereka adalah Herman Kiripi, Yohanis Awakeyau, Anaklitus Teko, Yosef Ukapoka, Sabinus Kaokayahe, Polikarpus Athaapoka, dan Yakobus Erepa.

Para pengukir yang lazim disebut maramowe itu adalah mitra binaan Kal Muller, ahli linguistik asal Amerika Serikat yang selama 17 tahun terakhir giat mengembangkan seni ukir Kamoro.

Kecakapan mengukir mereka warisi secara turun-temurun. Lewat seni ukir mereka mengekspresikan dinamika orang-orang Kamoro yang lekat dengan alam: sungai, pantai, mangrove, dan hutan tropis.

Para maramowe muda itu tak hanya piawai mematrikan mata pahat ke batang kayu. Mereka juga mahir menyanyi dan menari, seperti yang diperagakan dalam acara pembukaan pameran, Selasa petang.

Uniknya, tabuhan tifa bisa mereka selaraskan dengan tabuhan gong, alat musik dari logam, yang sesungguhnya tidak lazim bagi masyarakat Papua.

Mathea Mamoyau (48), aktivis perempuan Kamoro mengatakan, acara ini jangan hanya dimaknai dengan fisik karya ukiran, tetapi juga menyangkut kebudayaan Kamoro secara lebih luas. Kemampuan mengadopsi gong adalah cerminan betapa Kamoro terbuka dan memahami kemajemukan. ”Sekarang orang luar Papua juga harus lebih memahami Papua,” katanya.

Hal itu sejalan dengan ungkapan Direktur Eksekutif Papua Center FISIP UI Bambang Shergi Laksmono bahwa Kamoro—dan lebih dari 250 suku lainnya di Papua—hendaknya menjadi bagian dari gerbang perubahan. Namun, tentu saja perubahan dan pembangunan itu tidak lepas dari akar budaya lokal. Penekanan senada diungkapkan Meutia Hatta, antropolog UI yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya mengapresiasi kegiatan ini sebagai upaya membangun pemahaman terhadap Papua sebagai bagian dari Nusantara.

Kini, soal seni ukir Papua, Kamoro mampu tampil mengimbangi pamor Asmat. (NAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Batal Liburan, Bisa Refund 100 Persen dari Tiket.com

Travel Update
Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Emirates Ajak Terbang Anak-anak Autisme, Wujud Layanan kepada Orang Berkebutuhan Khusus

Travel Update
Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Harga Tiket Masuk Terbaru di Scientia Square Park Tangerang

Jalan Jalan
Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Ada 16 Aktivitas Seru di Scientia Square Park untuk Anak-anak

Jalan Jalan
Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Sungailiat Triathlon 2024 Diikuti 195 Peserta, Renang Tertunda dan 7 Peserta Sempat Dievakuasi

Travel Update
Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Cara Akses Menuju ke Pendopo Ciherang Sentul

Jalan Jalan
YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

YIA Bandara Internasional Satu-satunya di Jateng-DIY, Diharapkan Ada Rute ke Bangkok

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Harga Tiket Masuk dan Menginap di Pendopo Ciherang Sentul Bogor

Jalan Jalan
Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Pendopo Ciherang, Restoran Tepi Sungai dengan Penginapan

Jalan Jalan
Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Cara Urus Visa Turis ke Arab Saudi, Lengkapi Syaratnya

Travel Update
Pendaki Penyulut 'Flare' di Gunung Andong Terancam Di-'blacklist' Seumur Hidup

Pendaki Penyulut "Flare" di Gunung Andong Terancam Di-"blacklist" Seumur Hidup

Travel Update
10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

10 Tempat Wisata Indoor di Jakarta, Cocok Dikunjungi Saat Cuaca Panas

Jalan Jalan
Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Rute Transportasi Umum dari Cawang ke Aeon Deltamas

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com