Jelajah Museum pada Malam Hari

Nah, yang paling asyik nih, setelah berjelajah, sego kucing dan gorengan menunggu di atas meja di area taman. Kita bisa duduk lesehan. Lagi-lagi sebuah hal yang menarik, kekhasan Yogyakarta yang bersahaja, guyub, dan akrab dengan sego kucing. Kegiatan hari itu diakhiri pukul 23.00, dengan mengajak semua peserta, penyelenggara, dan pihak museum berfoto bersama di antara dua patung yang berdiri kokoh di area taman.

Kegiatan ini mendapat respons positif dari sejumlah kalangan. Di antara para peserta, terlihat beberapa orang asing juga. Bahkan, seorang mahasiswa asing asal Mesir sampai dua kali ikut berjelajah. ”Acaranya berkesan. Baru pertama kali malam-malam saya ke museum. Tetap pertahankan kegiatan ini, ya,” ujar Dinda, pelajar asal Samarinda.

Dua dosen Jurusan Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Fahmi Prihantoro dan Ghifari Yuristiadi, datang bersama keluarga untuk ikut berjelajah. Ini bentuk apresiasi dan dukungan mereka atas kegiatan yang mendidik tersebut. Dengan konsep ”senang-senang” seperti itu, tak terasa peserta belajar banyak tentang sejarah, tanpa perasaan bosan.

Yogyakarta Night at the Museum mampu menarik perhatian kawula muda. Setiap kegiatan ini diadakan, mereka antusias mendaftarkan diri menjadi peserta. Pihak penyelenggara mengatakan, untuk mengikuti acara ini ada batas maksimal peserta. Setiap kali pendaftaran dibuka, calon peserta yang mendaftar selalu melampaui batas maksimal.

Jadilah penyelenggara menambah kuota pendaftaran. Uang Rp 15.000 rupanya bukan harga yang mahal untuk kunjungan malam ke museum yang begitu berkesan.

Ika Tantri Apsitasari  Mahasiswa Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta