Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Tanah Mandar Terhidang di Piring Sushi

Kompas.com - 21/10/2012, 16:59 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Senja larut bersama laut. Ketika mentari perlahan-lahan memeluk cakrawala, semburat jingga menyebar di langit. Warna yang sama memantul di air. Perahu ramping yang sebelumnya tertambat di pantai pun dilepaskan.

Lalu, dengan perlahan seakan tak mau memecah keheningan nan khidmat, sandeq, perahu ramping itu, membelah laut. Mulai berlayar perlahan lalu menghilang di balik cakrawala. Sandeq, perahu tradisional khas Mandar itu sudah modern.

Jika biasanya sandeq mengandalkan layar, sandeq para nelayan biasanya telah memiliki motor di belakangnya. Menjelang malam, sandeq-sandeq ini beraksi menangkap ikan. Para nelayan bersiap menangkap ikan, sekadar menyambung hidup dengan berjualan ikan.

Namun, ikan yang mereka akan tangkap tak lazim. Ikan-ikan ini tak sekadar doyan berenang di laut, mereka juga melayang. Ya, nelayan-nelayan di Desa Somba biasa menangkap ikan tourani, sebutan orang Mandar untuk ikan terbang. Desa Somba berada di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Jika melakukan perjalanan dari Mamuju, ibu kota Provinsi Sulawesi Barat, menuju Majene, maka sangat mudah menemukan desa nelayan ikan terbang ini. Di pinggir Jalan Trans Sulawesi, terdapat warung-warung yang menjual makanan khas Mandar berupa ikan terbang asap.

Tepat di belakang warung-warung ini adalah garis pantai yang panjang. Dari jalanan memang tak terlihat, karena terhalang deretan warung. Menurut Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Majene Qadir Thahir, musim ikan terbang ada di sepanjang tahun. “Puncaknya di bulan empat sampai bulan tujuh,” katanya.

Para nelayan ini juga masih menggunakan bubu tradisional untuk menangkap ikan terbang yang disebut patorani. Seringkali yang ditangkap tak hanya ikan terbang, melainkan telur ikan yang harganya mahal.

Isu pelestarian lingkungan menjadi gencar terdengar. Sebab eksploitasi penangkapan telur-telur ikan hanya berujung pada menurunnya populasi ikan terbang itu sendiri. Walau terdengar asing, jika Anda berada di kota-kota besar di Indonesia dan gemar menyantap hidangan Jepang, pasti sudah terbiasa dengan ikan terbang yang dimaksud.

Pada hidangan sushi, Anda mungkin mengenal tobiko. Bentuknya berupa bulatan-bulatan kecil berwarna jingga. Tobiko itulah telur ikan terbang. Telur ikan yang diekspor ke Jepang memang salah satunya berasal dari kawasan perairan Sulawesi Barat. Jadi, jika suatu saat Anda menyantap tobiko yang ada di sushi yang Anda makan, bisa jadi ia berasal dari Desa Somba. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com