Wisata Sejarah Sembari Berburu Foto di Kota Tua Jakarta

KOMPAS.com - Menyusuri Kawasan Kota Tua Jakarta, memang tak lengkap rasanya tanpa mengabadikannya dalam jepretan kamera. Begitu banyak bangunan-bangunan autentik peninggalan Belanda yang masih berdiri gagah di sini.

Ya, bangunan-bangunan kuno tersebut, ada yang pernah berfungsi sebagai bank, gedung pemerintahan, bahkan toko. Usia bangunan yang mencapai ratusan tahun inilah yang membuat suasana berbeda kian dirasa.

Ada perasaan magis yang membuat penasaran. Tak sekedar hanya ingin mengabadikannya ke dalam foto tetapi juga keingintahuan cerita sejarah di baliknya. Bersama Komunitas Jelajah Budaya, Kompas.com mencoba menelusuri bangunan-bangunan bersejarah  di kawasan ini, Minggu (17/3/2013) lalu.

"Kita coba mengajak masyarakat mengenal sejarah dengan cara yang berbeda. Mungkin kalau ke Kota Tua sendiri ini kan mereka biasa saja. Melihat bangunan bersejarah itu kan mereka biasa aja, tapi ketika diceritakan mereka (bangunan) akan terlihat menarik," ujar Kartum Setiawan, pengurus Komunitas Jelajah Budaya.

Sebelum memulai perjalanan menjajaki Kota Tua, para peserta yang berjumlah 90 orang diberikan workshop foto. Memang, perjalanan kali ini tak hanya mengetahui sejarah bangunan-bangunan yang ada melainkan juga bermaksud berburu foto unik nan antik yang bisa didapat selama perjalanan.

Maka, tak heran jika sebagian besar peserta yang ikut tampak menenteng kamera. Baik kamera DSLR, kamera pocket, maupun ponsel pintar yang dilengkapi kamera dengan kualitas bagus.

Dimulai dari titik kumpul yaitu di Museum Bank Mandiri, para peserta bergerak menuju ke museum yang tepat ada di sebelahnya, yaitu Museum Bank Indonesia. Museum Bank Indonesia merupakan salah satu museum modern di Indonesia.

Dulunya, bangunan ini didirikan dengan nama De Javasche Bank. Meski telah mengalami beberapa kali pemugaran, bangunan asli museum tak banyak berubah.

Begitu masuk ke dalam museum, para peserta langsung mencari posisi terbaik mereka untuk bisa mengambil gambar. Sebelumnya Kartum, yang juga bertindak sebagai pemandu wisata dalam tur ini, memberikan penjelasan mengenai sejarah singkat museum tersebut.

Puas berkeliling museum, tur berlanjut ke beberapa bangunan kuno di depannya, seperti Nederlandsch-Indische Escompto Maatscaapij. Gedung ini terletak di pojok Jalan Pintu Besar Utara di samping Museum Bank Indonesia.

Bangunan ini adalah cikal bakal terbentuknya Bank Mandiri yang sebelumnya merupakan Bank Dagang Negara (BDN). BDN kemudian melebur bersama Bank Exim dan Bank Bumi Daya.

Uniknya, di dinding luar bangunan ini terdapat lambang-lambang kota. Lambang-lambang kota ini merupakan cabang dari bank, seperti Semarang, Batavia (Jakarta), dan Surabaya.

Perjalanan berlanjut ke Toko Merah yang ada di depan Kali Besar. Bangunan Toko Merah sangat mencolok dengan warna merah terang di antara bangunan lainnya yang ada di sekelilingnya.

Nuansa Tionghoa sangat kental di dalamnya, dengan warna dominan merah dan emas. Di dalamnya terdapat ruangan luas dengan kayu-kayu jati yang masih terlihat sangat kokoh. Bangunan memiliki dua lantai, namun di lantai dua terlihat masih dalam masa renovasi.

Terakhir, adalah mengunjungi Galeri Malaka. Tempat ini baru saja diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, beberapa minggu lalu.

Galeri yang berada di Jalan Roa Malaka, layaknya museum mini dengan warna dominan merah yang banyak memamerkan foto-foto wisata serta kerajinan yang berasal dari Melaka, Malaysia.

Perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar tiga jam tersebut, tak menyurutkan semangat para peserta yang ikut, salah satunya Amir. Pria paruh baya ini, mulai dari awal perjalanan, terlihat sangat antusias mengikuti tur dan memotret setiap sudut-sudut bagunan yang dilalui dengan kameranya.

"Waktu saya lahir di sini dulu, sering ke sekitar sini, tapi nggak pernah masuk-masuk ke dalam bangunan kan. Sekarang kita bisa masuk ke gedungnya tahu arsitekturnya seperti apa," ujarnya.