Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menganyam Keindahan Kalimantan

Kompas.com - 31/03/2013, 17:38 WIB

”Wah, keren!” begitu ungkapan seorang pengunjung saat menyaksikan jemari Maria Yudit (24) menari di atas sulur-sulur rotan. Seluruh tubuhnya berkonsentrasi penuh membuat anyaman ”tahing ketore”, tikar tidur warga Dayak.

Anyaman seperti yang dibuat Yudit itu selama tiga tahun terakhir telah menyatukan puluhan perempuan suku Dayak yang ada di Kalimantan. Anyaman juga membuat para perempuan mandiri, mampu melihat dunia yang luas, dan merasa bangga dengan kebudayaan mereka sendiri.

Saat ditemui, Kamis (28/3/2013), Yudit tengah menyelesaikan motif silumandah dalam Festival Seni Anyam Adi Kriya di Bentara Budaya Jakarta, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta. Di sudut lain ada Veronika Tirah (52), perempuan suku Dayak Bahau. Veronika tengah menyelesaikan pembuatan cahung, topi mirip caping dari anyaman daun pandan, khas suku Dayak Aoheng, suku suami Veronika.

Sebelumnya, kedua perempuan itu sama sekali tidak saling mengenal. Yudit dari Kecamatan Lumbis, Kabupaten Nunukan, dekat dengan Malaysia, sementara Veronika dari Mahakam Ulu, Kutai Barat, di tengah Pulau Kalimantan. Gadis lulusan sekolah dasar dan ibu rumah tangga dengan tiga anak itu disatukan oleh kecintaan pada anyaman, terutama setelah mereka mengikuti pelatihan anyaman yang difasilitasi Yayasan Bhakti Total Bagi Indonesia Lestari (YBTBIL) bersama 30 perempuan lainnya sejak tahun 2010.

”Tahun lalu saya ikut ke Paris, Perancis,” tutur Veronika bangga. Demikian juga dengan Yudit. Veronika dan Yudit bersama YBTBIL memamerkan karya anyamannya bersama rekan-rekan perempuan Dayak lainnya.

Saat di Paris, Veronika kaget dengan sambutan warga Perancis yang antusias pada anyaman. Sambutan itu membuat mereka makin cinta dan bangga pada anyaman Kalimantan yang rumit tetapi indah sehingga membutuhkan ketekunan saat membuatnya.

Rumit dan langka

Sejak umur 10 tahun sebenarnya Yudit telah belajar menganyam. Namun, Yudit perlu waktu 10 tahun untuk bisa mahir mempersiapkan rotan hingga mewarnainya. Selain rumit, proses belajar hanya dilakukan insidental jika keluarganya membuat anyaman baru untuk keperluan keluarga.

Saat berumur 10 tahun, Yudit baru bisa menguasai motif untuk pinggiran tikar: naik dua kali, turun dua kali. Pada umur 18, dia menguasai motif tengah, yakni motif antara pinggir tikar dengan motif inti. Saat usia 20 tahun, ia bisa menyelesaikan tahapan membuat tikar.

Untuk mempersiapkan bahan anyaman, rotan diserut selebar 1,5 milimeter. Untuk menghasilkan warna hitam, rotan direbus selama tiga jam bersama tanah hitam dan daun sibangol.

Lain halnya dengan Veronika. Sebelumnya ibu dua anak itu sama sekali tidak bisa menganyam. Tradisi menganyam cahung sudah punah di kampungnya. Ia baru mulai belajar membuat cahung pada tahun 2010 saat diajak penggiat anyaman Kalimantan, Theodora Hangin Bang Donggo, mengikuti pelatihan di Balikpapan. Namun, hasilnya belum sempurna.

Setelah kembali ke kampungnya, Veronika mencari para orang tua yang masih bisa membuat cahung dan ternyata sudah tidak ada. Akhirnya ia menemukan nenek berusia 80 tahun dari kecamatan lain yang mengajarinya membuat cahung. Sang nenek rela menempuh perjalanan 8 jam menyusuri Sungai Mahakam lalu menginap di rumah Veronica selama satu minggu khusus untuk mengajari membuat cahung, termasuk ukiran hiasannya.

”Saya melakukannya karena saya mencintai anyaman. Dulu nenek moyang yang tidak bisa menulis pun sudah bisa membuat, kenapa sekarang tidak. Saya ingin ini tidak punah,” kata Veronika.

Hasilnya, Veronika mahir membuat cahung dan mampu membuat kelompok perempuan pembuat cahung yang kini beranggotakan 15 orang. Namun, hanya tiga orang yang masih aktif berproduksi.

Di kampung Yudit, kini ada tiga kelompok warga yang membuat tikar dengan anggota sekitar 60 orang setelah Yudit juga mengikuti pelatihan bersama Hangin di Balikpapan. Ada pula anggota pria. Para pria biasanya bertugas mengambil rotan ke hutan, sementara para perempuan mengolah dan menganyamnya menjadi tikar.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering Sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Arab Saudi Targetkan Lebih dari 2 Juta Kunjungan Turis Indonesia pada 2024

Travel Update
7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

7 Hotel Dekat Stasiun Gambir, Mulai Rp 125.000

Travel Update
Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Wisata ke Arab Saudi Kini Bisa Pakai Visa Umrah

Travel Update
Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Promo Pameran Saudi Tourism Authority, Diskon Umrah hingga Rp 3 Juta

Travel Update
Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Wisatawan Nekat Kunjungi Tangga Haiku di Hawaii meski Sudah Ditutup

Travel Update
P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

P'Narach Food and View, Resto dengan Konsep Unik di Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Bandara di Jepang Ini Tidak Pernah Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun

Travel Update
Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Air Terjun Dolo: Pesona Alam Lereng Gunung Wilis di Kabupaten Kediri

Jalan Jalan
5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

5 Tempat Wisata Dekat Simpang Lima Semarang, Bukan Cuma Lawang Sewu

Jalan Jalan
25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

25 Hotel Terbaik di Dunia 2024 Versi TripAdvisor, Ada dari Indonesia

Hotel Story
Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Barang yang Paling Sering Ditinggal Wisatawan di Bandara, Apa Saja?

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com