Di dalam sajen yang dipersembahkan masyarakat Jembrana biasanya juga terdapat makanan laut, seperti ikan, udang, dan kepiting. Sementara itu, sajen di Denpasar dan Gianyar didominasi daging babi.
Begitulah, sajen yang berbeda-beda merupakan cerminan bahwa masyarakat Bali sesungguhnya heterogen. Michel Pikard (2006) menyebutkan, setiap daerah di Bali mendapatkan kadar pengaruh Hindu-Jawa yang berbeda-beda sehingga terbentuk ruang sosial yang heterogen di masing-masing desa.
Apa pun persembahannya, Acharyananda melihat semua yang ada di alam adalah refleksi Tuhan. Oleh sebab itu, semuanya layak untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Makanan persembahan sendiri sebenarnya simbol ide-ide ketuhanan. Daging itik persembahan, misalnya, tidak bisa dipandang sebagai seonggok daging semata, melainkan simbol kebijaksanaan. ”Orang mempersembahkan anjing, yang diambil sebenarnya sifat kesetiaannya, ayam kedinamisannya, dan kambing sifat ketaat-asasannya,” ucapnya.
Begitulah, rasa syukur manusia atas berkah Semesta ditunjukkan dengan sembah sebelum dikonsumsi sebagai bagian dari cara kita merawat kebudayaan dan mempertahankan hidup. Dan, diharapkan segalanya berjalan dalam irama yang penuh harmoni….