Ilmu membuat sate, tutur Fatimah, diperoleh ayahnya dari orang Betawi yang juga berjualan sate kambing. Saat itu, ayahnya menjadi tukang antar-arang ke rumah orang Betawi penjual sate tersebut.
”Karena sering nganter arang, Babe jadi ikutan belajar membuat sate, dah. Sampai akhirnya ikutan berjualan sate,” tutur Fatimah.
Pada tahun 1986, setelah memiliki modal yang cukup, Haji Miin mulai membuka warung sate ukuran kecil. Dari warung sederhana tersebut, usaha sate Haji Miin semakin berkembang.
Sambutan masyarakat dan penggemar sate yang besar, membuat warung sederhana itu berangsur-angsur berubah menjadi rumah makan yang cukup besar seperti yang ada saat ini, dan mempunyai areal parkir yang cukup luas.
Setelah Haji Miin meninggal, rumah makan sate itu dikelola Fatimah dan adiknya, Namin. Untuk menggerakkan usaha rumah makan, Namin yang menjalankannya. Sementara itu, untuk makanan ditangani Fatimah.
”Soal resep sate, warisan dari Babe. Kalau menu lainnya, saya belajar dari lidahnya pelanggan,” kata Fatimah. (MDN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.